Minggu, 15 Januari 2012

Pemerintah dan Sekelumitnya

Di akhir-akhir pemerintahan Pak Presiden tahun 2011, tiba-tiba dikabarkan bahwa kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah menurun. Dari angka 85% pada Juli tahun 2010, kini semakin kisut dan nyungsep hingga jauh meninggalkan angka 85%.
Pasti banyak faktor yang mempengaruhi penurunan tingkat kepercayaan atau keoptimisan masyarakat terhadap pemerintah saat itu.
Contohnya adalah kasus LPG meledak. Setelah saya baca di internet-internet, ternyata bukan LPG yang ingin meledak, tapi rakyat yang sengaja mengganti petasan dengan tabung LPG mereka.

Rakyat menilai bahwa peran pemerintah dalam menuntaskan ledakan-ledakan LPG sangat lamban. Saya kurang tahu juga keinginan mereka apa. Apa mereka ingin LPG mereka ada yang megangin dan jagain agar tidak meledak seketika, atau bagaimana saya tidak pernah tahu. Apa malah mereka ingin ‘menggoda’ pemerintah dengan menyuruh pemerintah mengecek tabung LPG setiap akan berangkat kantor.
Ada juga yang mengatakan bahwa penurunan disebabkan karena menurunnya tingkat malu para koruptor yang berkeliaran dengan muka tebal dimana-mana. Dari kawasan RT hingga Istana. Dari Istana keluar negeri.
Mungkin masyarakat kurang tahu bagaimana bentuk korupsi yang dilakukan dan siapa yang melakukannya. Kalau hanya seekor kelinci istana yang mencuri wortel di dapur, saya rasa wajar dan tidak perlu memesankan tiket penjara, apalagi di sate.
Tapi kalau yang bikin ulah kelinci-kelinci negara, itu yang bikin susah dan bikin malu. Kancil mencuri ketimun dan kelinci mencuri harta karun.
Plak!
Penyebab lain yaitu, pertengkaran dan perebutan kekuasaan antara satu lembaga dengan lembaga  pemerintah yang lain. Rakyat jadi bingung. Sebenernya mau mereka di atas sana apa. Ingin barter job? Ingin menambah pundi-pundi uang saku? Ingin punya dompet tebel? Atau malah ingin eksis tampil keren di teve terus? 
Ditambah lagi dengan sarana dan prasarana negara yang kurang memadai. Kurang bisa menampung mobilisasi rakyat yang sebegitu besarnya. Jalanan sempit, macet. Baut rel copot, kereta anjlok. Palang kereta api rusak, tabrakan kereta vs kendaraan umur.
Bayangkan kalau semua sarana yang diberi dan dibeli pemerintah rusak? Populasi manusia di Indonesia akan berkurang hingga 70%. Amazing. Kecuali mereka-mereka yang jalan kaki. Itu saja kalau tidak tersrempet orang tabrak nyanyi (bentuk tabrak lari yang dimodifikasi dengan musikalisasi). Dan yang penting, populasi non-manusia tidak terlalu menurun tajam.
Kemiskinan dimana-dimana. Saya risih, kata bangsa lain kita adalah negara kaya. Tapi kok miskin? Alam terhampar tak tahu dimana. Manusia-manusia kita bertebaran di luar negeri. Entah jadi TKW. Entah itu TKI. Syukur-sukur kalau tenaga kerja kita jadi PLTK, Pembangkit Listrik Tenaga Kerja, di luar sana. 
......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar