Kamis, 29 Desember 2011

#HelloUAS

Bisa dibilang desember adalah bulan yang paling parah. Parah abis. Dan abis parah. Saya merasa lelah dengan perjalanan bulan ini.

Di awal-awal bulan kayaknya susah buat nafas enak. Belum lega buat menghirup hawa positif dan aura inovatif, eh sudah dibuat nyesek dengan sejumput kerjaan sejigong hiu biru.

Di minggu pertama, dihujani dengan perselisihan nasib dan penentuan. UAS. Sampai-sampai saya menciptakan trending topic yang tidak terlalu ngetren di kalangan sendiri, #helloUAS.

nguteki blog. #helloUAS
Desember 2nd 2011
Topik ini tercipta sesaat sebelum UAS yang mengancam peradaban di seluruh muka saya menerjang. Mungkin benar, saat itu saya sedang bingung. Sebenarnya yang akan saya kerjakan ini apa. Belajar sudah merasa bisa dan sudah. Tapi tetap merasa ada yang kurang. Daripada stres mencari-cari jawaban yang tidak lah penting untuk dijawab, saya coba untuk blogging. Oh, ini adalah ide brilian yang menghancurkan.

ada kata SM*SH di dalam SM*SHter. Ada kata ASAL di dalam gASAL. #helloUAS
Desember 4th 2011
Mungkin saya adalah SM*SHblast yang kurang kreatif atau malah terlalu kreatif. Hingga tidak sadar saya mencipatakan atau memadupadankan semester dengan SM*SH. Tapi cobalah kita ambil dampak positifnya. Dengan mengingat-ingat gaya joget SM*SH, mungkin pada saat UAS saya bisa sedikit merelaksasi tubuh saya atau memodifikasi gaya gerak tubuh dalam menebali lingkaran-lingkaran LJK. Dan berhasil. Tapi asal-asalan yang penting tebal. :=

#helloUAS vs #helloPACAR. :~
Desember 6th 2011
Di lain sisi, saya mencoba mengingatkan rekan-rekan untuk sejenak meninggalkan rutinitas atau hal-hal yang berkaitan dengan 'pacar'. Ya memang saya ingin mereka sadar bahwa minggu-minggu ini adalah minggu penentu bukan minggu memadu. Tapi kembali lagi, mereka bebas buat ngelakuin apa aja, toh ini hidup mereka. Yang tidak diperbolehkan adalah membawa pacar saat mengerjakan soal.
Bingung ngerjain soal fisika pake rumus apa, eh putus asa dan lebih memilih mikirin pacar -> rapor fisika 6.

terkadang apa yang kita nanti-nantikan malah berlalu begitu cepat. #helloUAS
Desember 9th 2011
Sempat berpikir, kenapa hari-hari sebelum semesteran terasa beban dan penuh tanggungan? Eh pas UAS sudah selesei malah kepikiran, kenapa cepet banget? Ya mungkin mereka ngerjain soal dengan tidak berpikir, tidak membaca soal tapi bisa dapet jawaban. Ini bodoh.

Apakah ke depan akan lebih baik atau memang tidak terlalu menghiraukan. Dan biarlah walau tidak menjadi tren, saya hanya ingin mengingatkan dan mengantisipasi kemungkinan-kemungkinnan terburuk.

Minggu, 25 Desember 2011

0:00

Howaaah. Ini memang pengalaman yang langkah. Karena saya terlibat dalam organisasi resmi sekolah, sampai-sampai saya bekerja tidak pada waktu dan seenaknya. Sekedar informasi saja, ini yang dinamakan dengan sekolah sambil bekerja. Anggap saja paruh waktu. Tapi bedanya tidak digaji, hanya mengabdi.

"Oh.."

Tugas yang saya dapat malam itu adalah mengawasi kegiatan diklat PASKAMADA (Pasukan Pengibar Bendera SMADA).

Sebenarnya tidak ada satupun dari atasan saya yang menyuruh saya, tapi mau bagaimana lagi, saya menemani atasan saya yang menginap gratis di ruang OSIS bersama rekan-rekan dari teater Anak Angin.

Acara dimulai sore hari di hari sabtu dan akan berakhir di minggu siang. Pasti melelahkan. Tapi syukurlah bukan saya yang didiklat.

Sore hari sebelum malam harinya, saya coba menggoreng makanan khas Jepang (mungkin) yang disebut Mantau. Ini adalah kue sejenis bakpao terlezat di seluruh rak-rak makanan ringan dalam lemari karatan saya yang kosong.

Tentu saja makanan enak itu tidak direncanakan untuk dimakan bersama, tapi saya berikan ke peserta diklat PASKAMADA. Nampak pengertian bukan? (Bukan.)

Sangking semangatnya buat nemenin dan seterusnya. Tidak terasa perut sudah keroncongan, dan kebetulan sekali dari anak-anak teater yang ikut serta dalam rangka menginap gratis ini membelikan kami makanan. Bisa dibilang ongkos menginap semalam lah.

Mungkin cukup kalau memang dianggap cukup, mungkin kurang kalau dibandingkan dengan makanan dari acara sunatan. Tapi tak apalah. Dua porsi nasi campur untuk sembilan orang (Verdy, Dimas, Oni, Pupus, Bolang, Tyas, saya, Dedew, Hariyadi). Jangan dibayangkan seberapa besarnya porsi makan malam kita ini.

Ditemani lagu-lagu Mocca yang melelapkan lalapan, kita berbanyak orang menemani adik-adik yang sedang dalam segmen gombal Paskamada dari jauh. Karena kelelahan, kita pun menyandarkan diri di atas sebuah lapangan apel sekolah. Bermandikan bintang-bintang super kaya dan gerojokan angin malam yang menerobos paksa pori-pori dan lapisan epitel kulit kami.

Yang kurang pada saat itu hanyalah kasur dan bantal untuk menyangga tulang-tulang kami yang menempel khas di atas lapangan.

Dalam benak saya, "Kapan lagi bisa tidur-tiduran di atas lapangan apel?"

Setelah semua berkumpul, kita pun mencoba menggosipkan hantu-hantu yang sering berkeliaran di dalam sekolah. Dari ruang perpustakaan hingga toilet guru. Dan nyatanya, teman satu penginapan inilah yang menjadi saksi nyata bahwa makhluk halus di sekolah benar-benar ada.

Sangking menariknya cerita yang jarang saya dengar ini, tidak terasa jam digital sekolah yang didapat dari donasi alumnus sudah berada di angka 0:00. Wah, ini keren.


Setelah acara itu, beberapa saat kemudian setelah pulang dari Candil, saya menginjakkan kaki di sekolah pada 0:02. Ini benar-benar keren. 

Kapan lagi saya bisa menikmati jam digital indah yang menampakkan angka 0:00 dan 0:02

Hasil Dari Pagi Hari

Masih ingat dengan design kaos HUT 'saya'?

Hmmm. Tidak terkira dan tidak disangka-sangka. Saya terpilih menjadi sang pemilik 'emas'!

Yup, terima kasih untuk ucapan selamatnya.

Ternyata ide-ide yang saya dapat dari mandi pagi di hari kamis dalam kamar mandi cukup membuahkan emas. Dalam guyuran air yang sangat dingin pertama, konsep design kaos HUT cukup tersemai di otak dan tulang belakang saya. Guyuran kedua, mulai membahas gaya huruf yang akan saya sematkan. Konsep-konsep itu pun terkumpul hingga banyak guyuran (sebelum masuk angin). Mungkin ini yang dimaksud dengan guyuran kalbu.

Awalnya jelas tidak percaya, karena dilihat dengan mata telanjang saja design saya terlalu simpel dan remeh. Hanya memperlihatkan kemolekan font dan gaya Itali nyeleneh yang tidak tidak murahan (murahan).

Di sini lah saya mulai agak khawatir. Saya ketua panitia dan design aneh saya menjadi juara. Saya takut nanti ada provokasi yang tidak berbobot menghantam buritan saya.

Oh, demi pohon natal warna-warni, ini sungguh mengerikan.

Padahal sebenarnya tidak ada yanf perlu ditakutkan, penilaian berada di dewan juri (guru kesenian) dan saya hanyalah peserta yang jelas tidak berhak menyogok guru saya dengan uang apalagi dengan bambu runcing.

Ya mungkin nominasi designnya cuma sedikit, karena design-design yang terkumpul untuk dijuri hanya 13-15 design. Sisanya mengumpulkan terlambat. Ini yang membuat saya seakan ketakutan, saya tidak ingin ada kelas atau lembaga yang merasa terdiskriminasi dengan keputusan keras ini. Sekali lagi, jangka waktu yang diberikan untuk semua lembaga sama, tidak dibeda-bedakan.

Tapi ya itu memang sudah resiko. Siapa mengumpulkan cepat, maka dia akan dapat dijuri.

Dan saya rasa, design-design mereka lebih unik dan berbeda-beda. Nampak asik dan tidak murahan. Penuh warna dan tidak monoton. Menggairahkan dan tidak kaku. Berfilosofi dan tidak garing.

Tapi apalah arti sebuah denda Rp. 100.000,00 dengan mengumpulkan design remeh? Masih banyak teman saya yang berpikir, "Yang penting mengumpulkan dan tidak dikenai sangsi."

Mungkin design mereka bisa menjadi design-design distro dalam organisasi kami suatu hari nanti.

Karena perjuangan saya itu, saya mendapat sebuah bingkisan berisi jajanan ringan (bukan kerupuk) dan 1 gelas keramik bertuliskan duacare. Oh, ini sangat keren.

Kamis, 22 Desember 2011

Rindu Setengah Hidup

Rindu akan hadir di saat orang yang kita rindukan sedang tidak hadir.

Kaos HUT 'Saya'

FYI : Sebenarnya lomba design kaos ini digagas oleh Sekbid 9 di OSIS. Dan dicoba untuk direalisasikan pada saat #classmeeting.

Semua kelas wajib menyodorkan satu design kaos HUT. Ini semua dilakukan untuk mengetes tingkat kepedulian dan partisipasi warga sekolah dalam mendukung acara besar mereka.

Kalau dibilang lancar dan mulus jelas jauh. Karena dalam kenyataannya, masih banyak kelas yang tidak atau kurang berminat untuk berpartisipasi. Kita dari pihak panitia sudah memberi jangka waktu sekitar > 1 minggu. Namun nampaknya kurang cukup. Kalau sekitar 2 tahunan khawatir design kaosnya malah lumutan.

Miss You So Bad, Tel.


Yah, dugaan anda sebagai pembaca sudah salah. 
Yah, anda harus mengulangi di semester depan. 
Yah, saya gila. 

#stop

Ini adalah hari dimana tidak ada hari.
Ini adalah malam dimana tidak ada malam. 
Ini adalah bintang dimana tidak ada bintang.
Ini adalah mawar dimana tidak ada mawar.
Ini adalah rindu dimana sangat amat rindu.

missYOUsoBAD, Tel.

Selasa, 20 Desember 2011

Di Saat Tidak Mengerti Ia Memberontak

Kisah ini berawal saat saya dan tim saya yang susah payah merencanakan suatu agenda besar memuat orang-orang besar selama dua bulan lalu diganggu atau bahkan dicerca dengan tidak berperikemanusiaan oleh pihak lain.

Terus terang saja saya sendiri kurang suka dan mulai fobia dengan dirinya yang tidak mengerti namun memberontak.

Agenda ini besar menurut kami. Karena melibatkan seluruh warga instansi kami dan juga warga di sekitar instansi kami. Kita merencanakan program ini jauh-jauh hari sebelum hari H atau bahkan H-5 bulan.

Kita kebingungan dalam menentukan orang-orang besar yang kami undang. Mungkin karena ketidakpastian dan ketidakmampuan kami dalam mempersiapkannya. Kita mencari orang-orang besar yang sekiranya bisa dan mengerti bobot acara yang kami susun.

Dan di saat semua telah ditentukan dan disetujui oleh instansi kami, ada suara sumbang yang ingin menggulingkan acara kami ini. Mungkin di benak mereka acara semacam ini adalah gagasan atau paksaan dari komunitas kami yang mungkin lebih rendah dari komunitas mereka. Yang jelas tujuan kami adalah untuk menampung dan memberi acara-acara yang berbobot untuk mereka.

Jelas saya terlibat langsung dengan perkara ini. Saya tahu pasti mengapa keputusannya seperti ini dan kemampuan kami seperti apa. Namun dengan bangganya dia memprotes, dia sudah nampak seperti dewa yang sewaktu-waktu dan seenaknya sendiri bisa merusak dan mengubah dunia.

Di hari-hari berikutnya ternyata komunitas dia mengundang perwakilan dari komunitas kami. Karena atasan ada kepentingan lain, jadi saya yang mewakili.

Acara belum dimulai, namun rentetan omong kosong dia memperburuk kondisi saya. Dia membicarakan dan menjelek-jelekkan acara kami. Padahal saya rasa dia tahu kalau perwakilan dari komunitas saya hadir. Saya berpikir, "Apa memang dibuat seperti ini?"

Seingat saya, komunitas kami tidak pernah punya masalah dengan komunitas dia. Dia punya acara, kami dukung, dsb.

Omong kosong dia membuat kepala saya panas. Rasanya ingin sekali meledakkan atau menyiram dia dengan air keras, tapi saya urungkan karena memang saya tidak mempersiapkan bom dan asam klorida.

Acara sudah berjalan satu setengah jam, saya pun pamit untuk pulang dengan alasan yang tidak jelas. Saya sudah tidak tahan dengan perlakuan dia. Saya khawatir jika saya tetap berada di komunitasnya, kejiwaan saya malah akan terganggu.

Demikian curahan kepala saya. Jika memang merasa dia adalah anda, maka berdiamlah dan berintropeksi dirilah sebelum lebih seenaknya sendiri dalam merendahkan orang lain.

Minggu, 18 Desember 2011

Writing vs Reading


Jewels

Alhamdulillah hari ini nggak terlalu buruk seperti hari minggu pada umumnya. Nggak tahu ada acara apa, sabtu kemarin saya diajak temen saya dan juga guru agama saya buat ikutan. Secara total dan jujur, saya nggak tahu sebenarnya ada acara apa.

Yang saya tangkap dari pembicaraan dan pemeritahuan mereka adalah
"Acaranya nggak tahu apa, pokoknya bermanfaat. Berlokasi di gedung Balai Narkotika Nasional (Gedung SMPN 1 Lumajang lama) jam 7.30 a.m. Pakaian bebas rapi."
Dan saya hanya menurut dan "Iya wes."

Setengah jam sebelum keberangkatan, kloter kita yang direncanakan beranggotakan 5 (padahal 1 sekolah disarankan mengirim 10), menyusut menjadi 2. Ini jelas membingungkan. Untuk acara yang juga masih membingungkan, tanpa konfirmasi mereka juga turut menambah pundi-pundi kebingungan saya.

Gondok saya menggondok, dan gondokan gondok saya juga mau keluar gondok.

Akhirnya tanpa pikir panjang saya ajak temen saya. Dan alasan mereka identik. "Maaf, nggak bisa. Dadakan sih." Secara tidak langsung saya menerima, karena memang fakta dan fatwanya seperti itu.

Jam 8 a.m atau molor 30 menit saya berangkat. Di pojokan perpustakan umum, beberapa temen sudah datang (cuma 1). Dan Evita datang. Total ada 3 (termasuk saya). Di dalam ternyata juga ada 1 kakak kelas, Mbak Izza, selundupan karena kita juga nggak tahu ada dia.

Dan langsung aja berlari ke detik-detik tragedi "Jewels".

Ketua BKBN kabupaten saya yang bertindak sebagai pembicara di seminar "PEER EDUCATION" (saya lupa temanya apa, yang jelas berbicara tentang wawasan STD dan HIV/AIDS) sedang bagi-bagi buku (bukan buku yang beliau tulis sendiri).

Entah mengapa, sepertinya saya jauh dari kegiatan yang menyimpang (nggak sering-sering). Saya sibuk dengan kelas yang biasa saja, sibuk dengan ulangan & remidi, sibuk dengan kegiatan OSIS, sibuk menyiapkan HUT sekolah dan sebagainya. Bahkan untuk mengadakan perkelahian antar SMA se-Kabupaten saja rasanya tidak bisa disempatkan.

Tiba-tiba beberapa menit berselang, ia menyodorkan pertanyaan "Siapa yang bisa menerjemahkan kalimat ini?" (menunjuk ke arah screen yang berisi kalimat-kalimat bahasa inggris).

Insyallah seperti ini :
Actually,,
If the young generation faithful,
So the country will be peaceful.
If the young people free from narcotic and drugist,
So the country will be .....

Dan akhirnya kata-katanya belum selesai saya sudah lupa.

Tanpa menabung atau malah mendaftarkan diri untuk turut serta dalam program KB, tangan saya tiba-tiba mengacung. Padahal untuk menerjemahkan secara total saya belum tentu bisa. Tapi apalah sebuah acungan tanpa maju. Saya maju dan mengartikan kalimat-kalimat yang saya bisa. 

Dalam kalimat awal yang saya lupa berbunyi seperti apa, saya coba membuka PD English-Indonesian di hape saya. 1 kata sukses terpecahkan. Dari keseluruhan (5-6 kalimat), saya hanya salah di 1 kata "faithful". Arti sebenarnya adalah setia namun karena pikiran saya sudah keruh saya jawab 'kuat'. Jauh.

Karena saya berhasil, saya mendapatkan 1 buah buku yang sudah disediakan oleh Bu KB. Ada judul buku yang bertajuk "Fiesta" atau apalah itu. Tapi saya tiba-tiba terperangah dan meneteskan air hujan saat melihat cover bergambar permata ini.


Dari fisik mungkin cukup tebal atau bahkan setara dengan kamus bahasa tubuh, tapi di balik ketebalan itu tersirat cerita yang menurut Evita menarik. Karena memang agak seperti buku telepon, saya langsung kasihin aja. Semoga bermanfaat. :)

Buat temen-temen yang penasaran dan pengin pinjem, langsung aja ke Evita. Itu sudah bukan hak milik saya.

It's my most expensive gift for her ever, althought I got it free.

Sabtu, 17 Desember 2011

Lumajang On the Street and Stage Carnival

Untuk pertama kalinya saya mengikuti acara yang bisa dikatakan meriah dan spektakuler di kota kecil saya. Yap, Lumajang On the Street and Stage Carnival atau bisa disingkat LOSS Carnival. Acara ini mungkin hampir sama dengan acara-acara serupa di kota kecil lainnya. Walau mungkin dianggap plagiat, namun kita ambil positifnya saja, karya kita lebih kreatif.

Untuk acaranya sendiri dijadwalkan pada hari Rabu dan dimulai jam 6 p.m, tapi karena masih masuk dalam kawasan jam karet, molorlah. Mungkin bukan molor tapi lebih tepatnya kita terlambat antre. Kita baru keluar dari garis start sekitar jam 8.29 p.m. Benar-benar tepat waktu dan cucok.

LOSS Carnival hanya sejauh kurang lebih 1 km. Dan ditempuh selama 3-4 jam yang dibumbui dengan mobil  bak terbuka yang kita sewa mogok di tiga per empat jalan.

Awalnya saya ditugaskan untuk jadi dokumenter (seperti biasa), namun di tengah perjalanan keamanan atau petali (orang yang memegang tali pembatas) kekurangan personil. Akhirnya saya merangkap menjadi petali dan kameramen.

Tidak seperti CANDIL (jalan sehat Candipuro-Lumajang) yang saya dampingi dengan bersepedamotor sejauh lebih kurang 27 km dan ditempuh selama 5-7 jam. Kali ini saya mendampingi dengan berjalan kaki. Benar-benar amazing.

Saya berangkat dari rumah jam 3 p.m hari rabu dan sampai di rumah pada jam 0.34 a.m di hari kamis. Jelas sekali kalau saya begadang 2 hari. (Hoax)

Tapi saya cukup menikmati dan inilah karya saya, walau ada satu foto dari karya guru saya. 

Orang-orang biasa memanggil dia "Hana", jangan diplesetkan menjadi "Hama" atau "Sholeh".

Ini tetangga jauh saya, tapi kita cukup memiliki kedekatan secara spiritual dan ilmiah. Panggil, Bela.

 Ini tetangga saya juga, tetapi tetangga depan garasi rumah. Dia berkata, "Aku Chusnul, Mas." sangking nggak jelasnya muka dia di kacamata saya.

Ini teman jauh tetangga dekat saya yang tidak terlalu dekat dengan dia. No name.

Vella, seorang Vina Panduwinata muda yang ternyata nyasar ke kota kecil saya.

Foto yang diambil oleh guru saya, namun saya toning sendiri. (Sensual)

Seorang MC dan penyiar radio Semeru di kota kecil saya, Rara. 

Billy dan Rara berkoar-koar dengan semangat 45 di dada garuda dengan kalimat, 
"Inilah persembahan dari R-SMA NEGERI 2 LUMAJANG yang bertajuk The Bionic Love! Atau Kisah Cinta Sang Dewi Merak."
Ternyata SMA saya masih dirintis.
 
Para babu yang sedang frustasi nunggu gaji cair dari majikan. (gaji=es)

Walau babu naik pitam karena tidak diberi gaji, mereka (babu dan majikan) tetap akur dan berpose dengan begitu elok saat saya foto. Foto mengalihkan dunia babu dan membuat lupa diri. "Aku siapa?"

Dan inilah saya, persembahan termasukakal, tanpa make up dan bersweter baru yang mahal.

Kamis, 15 Desember 2011

Epitel


Sebenernya iseng aja bikin-bikin design yang bisa dibilang nggak jelas dan susah dibaca ini. Tapi saya suka dan jadilah. Rencananya cuma saya kasihkan aja. Jelas nggak mungkin minta dibeliin pulsa atau dikasih makan.

Bruno Mars - Marry You



It's a beautiful night,
We're looking for something dumb to do.
Hey baby,
I think I wanna marry you.

Is it the look in your eyes,
Or is it this dancing juice?
Who cares baby,
I think I wanna marry you.

Well I know this little chapel on the boulevard we can go,
No one will know,
Come on girl.
Who cares if we're trashed got a pocket full of cash we can blow,
Shots of patron,
And it's on girl.

Don't say no, no, no, no-no;
Just say yeah, yeah, yeah, yeah-yeah;
And we'll go, go, go, go-go.
If you're ready, like I'm ready.

Cause it's a beautiful night,
We're looking for something dumb to do.
Hey baby,
I think I wanna marry you.

Is it the look in your eyes,
Or is it this dancing juice?
Who cares baby,
I think I wanna marry you.

I'll go get a ring let the choir bells sing like oooh,
So whatcha wanna do?
Let's just run girl.

If we wake up and you wanna break up that's cool.
No, I won't blame you;
It was fun girl.

Don't say no, no, no, no-no;
Just say yeah, yeah, yeah, yeah-yeah;
And we'll go, go, go, go-go.
If you're ready, like I'm ready.

Cause it's a beautiful night,
We're looking for something dumb to do.
Hey baby,
I think I wanna marry you.

Is it the look in your eyes,
Or is it this dancing juice?
Who cares baby,
I think I wanna marry you.

Just say I do,
Tell me right now baby [3x]

Cause it's a beautiful night,
We're looking for something dumb to do.
Hey baby,
I think I wanna marry you.

Is it the look in your eyes,
Or is it this dancing juice?
Who cares baby,
I think I wanna marry you.

Owl City - Technicolor Phase


I am the red in the rose, the flowers
on the blankets on your bedroom floor.
And I am the gray in the ghost that hides
with your clothes behind your closet door.

I am the green in the grass that bends back
from underneath your feet.
And I am the blue in your back alley view
where the horizon and the rooftops meet.

If you cut me I suppose I would bleed the colors
of the evening stars.
You can go anywhere you wish cause I'll be there, wherever you are.
(wherever you are) 2x

(I will always be your keys
when we are lost in the technicolor phase)

I'm the black in the book
the letters on the pages that you memorize.
And I am the orange in the overcast
of color that you visualize.

I am the white in the walls that soak up
all the sound when you cannot sleep.
And I am the peach in the starfish on the beach
that wish the harbor wasn't quite so deep.

If you cut me I suppose I would bleed the colors
of the evening stars. (my darling)
You can go anywhere you wish cause I'll be there, wherever you are. (my darling)

(wherever you are) 3x

Senin, 12 Desember 2011

Indonesia Kaya

Posting yang satu ini saya ambil dari status facebook teman saya yang nampaknya terlanjur galau dan berlinang air mata melihat penderitaan rakyat Indonesia (termasuk dia).

"Indonesia itu kaya. Tapi kenapa masih banyak orang miskin yang hidup di tanah sekaya ini?" Derada Karunia Imanadani.

Dan beberapa komentar yang harus saya lontarkan di sini tanpa saya berkomentar di facebook adalah :
Indonesia kaya, kaya alamnya, kaya SDAnya, kaya faunanya, kaya floranya, kaya manusia kreatifnya dan kaya koruptornya.


Saya pikir menjadi pemenang di peringkat kedua sebagai negara terkorup bukanlah suatu kebanggaan atau bahkan sesuatu yang harus dipamer-pamerkan di negara orang.

Setebal apakah muka kita ini?

Sang kaya semakin mewah dan si miskin semakin merana. Terlalu lebar perbedaan atau luas interval antara sang kaya dan si miskin. Sang kaya akan kaya 7 turunan dan si miskin akan meneruskan kekayaannya di keturunan ke-8 yang notabene sudah tidak bisa dianggap kaya.

Bukan karena aparatur negara yang kurang berjalan, bukan karena presiden yang tidak pernah tolah-toleh lihat lingkungan sekitar apalagi jelas bukan karena saya yang hanya bisa menodong pembaca blog saya dengan komentar (agak) bermutu ini.

Memang dalam realitanya kita hanya kurang peduli atau tidak ingin peduli dengan muka bangsa kita sendiri. Bukan memperbaiki malah saling menjatuhkan dan mencerca.

Kita sudah ditinggalkan dengan kepemimpinan atau kepemerintahan yang nyata. Pejabat-pejabat sekarang banyak menawan presiden untuk memenuhi hak mereka tanpa banyak melakukan kewajiban demi negaranya.

Mereka mengaku membawa aspirasi rakyat, namun rakyat terus-terusan meminum aspirin untuk menenangkan pikiran mereka tentang tingkah wakil rakyat yang mereka gotong tertidur pulas di dalam sidang paripurna.

Jangankan tertidur, batang hidungnya saja hanya terlihat sesekali waktu.

Persaingan untuk merebut kursi RI 1 pun sudah berjalan setengah tahun ini, padahal Pemilu masih akan berjalan 3-5 tahun mendatang. Jika persaingannya sehat tak masalah, yang ini malah membeberkan kebobrokan pemerintah untuk mengangkat citranya sebagai sosok yang paling benar dan bisa melakukan apa yang tidak bisa pemerintah sekarang lakukan.

Jika memang target mereka adalah ingin mensejahterahkan bangsa kita, tidak perlu lah mereka melengserkan kepemerintahan yang sudah ada. Mereka hanya butuh membantu dan menopang. Bukan mencerca dan meremehkan.

Jika makanan basi ini terus-terusan dikonsumsi publik, rakyat akan semakin mual dengan pola tingkah 'pahlawan' negara ini.





Termasuk saya yang secara tidak langsung mengkritik dan meremehkan pihak yang meremehkan pemerintah.

Selasa, 06 Desember 2011

Kejujuran (oh ya)

Oh ya, kejujuran. Saya hampir lupa atau bahkan melupakannya. Terlalu banyak guru atau jasa pengajar yang menggembar-gemborkan permasalahn ini (ini masalah?). Tapi apa yang mereka dapat, masih banyak siswa ataupun murid didikannya yang melakukan kecurangan dan ketidakjujuran. Ini miris sekali. Masuk telinga kanan keluar saku kiri.

Terlalu banyak orang pintar (bukan dukun) dan tidak banyak juga orang yang jujur. Banyak negara yang telah dirugikan karena sikap dan perlakuan orang-orang berjenis seperti ini.

"Saya cuma ngambil duit 100rb kok." padahal dalam kenyataannya 105rb. Walaupun sedikit, tetapi jika dilakukan dengan berkesinambungan, duit 5rb yang dia ambil dikalikan 100 kali dia ngambil, dia udah bisa beli Blackberry (nyicil 12x).

Jangan jauh-jauh deh, teman saya satu kelas aja juga banyak yang udah berperilaku sebagai koruptor kecil-kecilan. Entah apa yang mereka perbuat, tapi rasanya ada.

"Kami menghargai kejujuranmu. Ayo latihan jujur." Dalam pikiran saya hanya ada, "Oh ya?" Kalau mungkin ada jujurmeter (pengukur kejujuran) pasti banyak dari temen-temen saya atau bahkan saya sendiri mendapat nilai dibawah nilai kelulusan.

Yang mereka cari adalah nilai, bukan kejujuran. Mengapa? Karena di dalam rapor yang mereka terima yang ada hanya nilai bukan peringkat kejujuran. Jadi untuk apa jujur? Toh nggak ada yang menghargai kejujuran mereka.

Yang jujur sekalipun, jika nilainya kurang dari nilai kelulusan tetap aja nggak bisa naik banding menjadi lulus. Ini yang diesebut menghargai kejujuran? Jelas tidak.

Dalam ulangan contohnya. Seketat-ketatnya penjaga ruang ujian, mereka (temen saya seperjuangan dan juga saya) pasti lebih pintar untuk mencari kesempitan di dalam kesempatan. Anggap saja maling lebih pintar dari polisi.

Jika negara ini penuh sesak dengan orang macam ini. Berapa tahun lagi negara ini bisa bertahan?


Sabtu, 26 November 2011

Emansipasi? (n)

Sebenernya sejak kapan sih opini tentang 'emansipasi' ini diumbar? Menurut saya, ini malah mempersulit mereka-mereka yang biasa kita sebut wanita, cewek, perempuan, hawa dan sebangsanya itu.

Kalau saya disuruh milih antara :
(1) ada di rumah buat ngerjain kerjaan rumah yang mudah-mudah, atau
(2) bekerja di kantoran ditemani cuap-cuap bos yang kesana kemari cuma ngumbar sensasi.
Saya lebih memilih opsi yang pertama. Saya bisa tidur-tiduran maco, cuci baju tetangga dan makan tumpeng di atas meja. Terserahlah.


Yang ada dipikiran saya saat ini, jadi wanita karir itu nggak enak. Apalagi buat saya yang notabene bukan wanita atau bahkan wanita karir.

Nggak bisa ngurusin keluarga secara 'utuh', nggak bisa ngerasain betapa indahnya hidup di rumah tanpa ada bos, nggak bisa bangun tidur jam berapa aja ataupun yang lainnya.

Ini aneh, udah dikasih yang mudah, eh masih tetep ngotot pengin ngedapetin yang susah-susah. Mungkin memang terlihat seperti mencari pengalaman dan sebagainya. Tapi menurut telinga saya malah seperti mencari pengamalan.

AMAL vs ALAM

"Emansipasi adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan sejumlah usaha untuk mendapatkan hak politik maupun persamaan derajat, sering bagi kelompok yang tak diberi hak secara spesifik, atau secara lebih umum dalam pembahasan masalah seperti itu." Wikipedia.

Dari ilmu yang saya dapet secara cuma-cuma itu, otak saya mulai memainkan ritme-ritme pemikirannya. Dari definisi di atas, jelas banget kalau wanita hanya meminta persamaan hak, tidak dengan kewajiban dan tidak dengan tagihan utang (kecuali kredit panci). Ini malah jelas menindas kaum pria. Kenapa mereka meminta hak yang sama sedangkan kewajibannya nggak? Saya nggak tahu jalan pikiran mereka apa.

Semakin jelas kalau kita (saya pria) adalah pria-pria takut wanita.

Mereka meminta hak yang sama, sedangkan nggak dengan kewajiban. Jadi, kalau mereka pengin minta hak-hak yang sama dengan apa yang didapat adam, mereka juga harus ngelakuin apa yang sering dilakuin adam.

Oleh sebab itu, karena saya nggak suka dengan ketidakadilan apalagi penindasan, saya coba nerapin hidup yang berwawasan emansipasi (amandemen) tersebut di kehidupan nyata saya.

Kalau mungkin di bus biasanya adam yang ngalah buat berdiri, karena emansipasi jadi tukar posisi, para hawa yang berdiri dan adam duduk. Cara ini berhasil saya terapin di lingkungan kelas saya sendiri, dan saya akhirnya dapat dampak positifnya juga dari emansipasi yang hawa ajukan.

Apa ada yang nggak terima? Siapa suruh minta emansipasi.

Kalau memang anda adalah warga negara yang baik dan budiman (istri budiwoman), seharusnya menyeimbangkan antara hak dan kewajiban. Jangan minta hak tanpa ngelakuin apa-apa. Apalagi minta hak adam tanpa ngelakuin kewajiban adam.

Seharusnya mereka (hawa) pikir-pikir dulu kalau mau ngopiniin sesuatu. Kalau begini? Siapa yang salah? (Yang jelas saya.)

Persamaan gender, hawa minta disamain dengan adam. Kalau adam jadi tukang parkir, jangan sampe hawa nggak mau jadi tukang parkir. Namanya juga persamaan hak, kerjaan juga hak. Nantinya adam akan menimang-nimang anaknya dan melakukan pekerjaan yang biasa dilakukan oleh ibu rumah tangga, sebut saja 'ayah rumah tangga'.

Betapa menderitanya.

Saya yakin di tahun-tahun ke depan hawa akan banyak terlihat sebagai pekerja ketimbang memelihara pekerja (adam).

Istilah yang lain juga ada, 'ladies first'. Contohnya kalau lagi mau masuk pintu yang nempel di ruang berAC dengan banyak kue manis di dalamnya, pasti hawa ngomong, "Ladies first." Ini jelas sekali kalau hawa pengin yang enak-enak diduluin. Coba deh sesekali kalau ada jalan dimana berisi eek kebo dan yang lainnya, pasti mereka nggak mau duluan.

Emansipasi malah terdengar seperti diskriminasi.

"Oh.."