Selasa, 20 Desember 2011

Di Saat Tidak Mengerti Ia Memberontak

Kisah ini berawal saat saya dan tim saya yang susah payah merencanakan suatu agenda besar memuat orang-orang besar selama dua bulan lalu diganggu atau bahkan dicerca dengan tidak berperikemanusiaan oleh pihak lain.

Terus terang saja saya sendiri kurang suka dan mulai fobia dengan dirinya yang tidak mengerti namun memberontak.

Agenda ini besar menurut kami. Karena melibatkan seluruh warga instansi kami dan juga warga di sekitar instansi kami. Kita merencanakan program ini jauh-jauh hari sebelum hari H atau bahkan H-5 bulan.

Kita kebingungan dalam menentukan orang-orang besar yang kami undang. Mungkin karena ketidakpastian dan ketidakmampuan kami dalam mempersiapkannya. Kita mencari orang-orang besar yang sekiranya bisa dan mengerti bobot acara yang kami susun.

Dan di saat semua telah ditentukan dan disetujui oleh instansi kami, ada suara sumbang yang ingin menggulingkan acara kami ini. Mungkin di benak mereka acara semacam ini adalah gagasan atau paksaan dari komunitas kami yang mungkin lebih rendah dari komunitas mereka. Yang jelas tujuan kami adalah untuk menampung dan memberi acara-acara yang berbobot untuk mereka.

Jelas saya terlibat langsung dengan perkara ini. Saya tahu pasti mengapa keputusannya seperti ini dan kemampuan kami seperti apa. Namun dengan bangganya dia memprotes, dia sudah nampak seperti dewa yang sewaktu-waktu dan seenaknya sendiri bisa merusak dan mengubah dunia.

Di hari-hari berikutnya ternyata komunitas dia mengundang perwakilan dari komunitas kami. Karena atasan ada kepentingan lain, jadi saya yang mewakili.

Acara belum dimulai, namun rentetan omong kosong dia memperburuk kondisi saya. Dia membicarakan dan menjelek-jelekkan acara kami. Padahal saya rasa dia tahu kalau perwakilan dari komunitas saya hadir. Saya berpikir, "Apa memang dibuat seperti ini?"

Seingat saya, komunitas kami tidak pernah punya masalah dengan komunitas dia. Dia punya acara, kami dukung, dsb.

Omong kosong dia membuat kepala saya panas. Rasanya ingin sekali meledakkan atau menyiram dia dengan air keras, tapi saya urungkan karena memang saya tidak mempersiapkan bom dan asam klorida.

Acara sudah berjalan satu setengah jam, saya pun pamit untuk pulang dengan alasan yang tidak jelas. Saya sudah tidak tahan dengan perlakuan dia. Saya khawatir jika saya tetap berada di komunitasnya, kejiwaan saya malah akan terganggu.

Demikian curahan kepala saya. Jika memang merasa dia adalah anda, maka berdiamlah dan berintropeksi dirilah sebelum lebih seenaknya sendiri dalam merendahkan orang lain.

2 komentar: