Selasa, 06 Desember 2011

Kejujuran (oh ya)

Oh ya, kejujuran. Saya hampir lupa atau bahkan melupakannya. Terlalu banyak guru atau jasa pengajar yang menggembar-gemborkan permasalahn ini (ini masalah?). Tapi apa yang mereka dapat, masih banyak siswa ataupun murid didikannya yang melakukan kecurangan dan ketidakjujuran. Ini miris sekali. Masuk telinga kanan keluar saku kiri.

Terlalu banyak orang pintar (bukan dukun) dan tidak banyak juga orang yang jujur. Banyak negara yang telah dirugikan karena sikap dan perlakuan orang-orang berjenis seperti ini.

"Saya cuma ngambil duit 100rb kok." padahal dalam kenyataannya 105rb. Walaupun sedikit, tetapi jika dilakukan dengan berkesinambungan, duit 5rb yang dia ambil dikalikan 100 kali dia ngambil, dia udah bisa beli Blackberry (nyicil 12x).

Jangan jauh-jauh deh, teman saya satu kelas aja juga banyak yang udah berperilaku sebagai koruptor kecil-kecilan. Entah apa yang mereka perbuat, tapi rasanya ada.

"Kami menghargai kejujuranmu. Ayo latihan jujur." Dalam pikiran saya hanya ada, "Oh ya?" Kalau mungkin ada jujurmeter (pengukur kejujuran) pasti banyak dari temen-temen saya atau bahkan saya sendiri mendapat nilai dibawah nilai kelulusan.

Yang mereka cari adalah nilai, bukan kejujuran. Mengapa? Karena di dalam rapor yang mereka terima yang ada hanya nilai bukan peringkat kejujuran. Jadi untuk apa jujur? Toh nggak ada yang menghargai kejujuran mereka.

Yang jujur sekalipun, jika nilainya kurang dari nilai kelulusan tetap aja nggak bisa naik banding menjadi lulus. Ini yang diesebut menghargai kejujuran? Jelas tidak.

Dalam ulangan contohnya. Seketat-ketatnya penjaga ruang ujian, mereka (temen saya seperjuangan dan juga saya) pasti lebih pintar untuk mencari kesempitan di dalam kesempatan. Anggap saja maling lebih pintar dari polisi.

Jika negara ini penuh sesak dengan orang macam ini. Berapa tahun lagi negara ini bisa bertahan?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar