Tampilkan postingan dengan label Gaya Hidup. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Gaya Hidup. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 09 Maret 2013

Songket, Pink & Tosca



  
 

 

 
 



Gear: EOS 30D Canon
Lens: EF 75-300 mm
Brother: @faizsutar
Secondhand Tosca Shirt
Brown Pan
Old Batik Shirt
Black Hiking Shoes
Black Watch 
Sister: @uffasutar
Old Grey Coat
Pink Veil
Pink Skirt
Songket Skirt
Black Vintage Belt
Brown Flat Shoes
Location: Jalan Lintas Timur, Lumajang, Indonesia
Date Taken: March 9th 2013

Minggu, 16 Desember 2012

Songket

No description, just match and mix the stuffs. There are my mom's Songket blazzer, my grandpa's coat, my father's shirt and shoes. :)









Minggu, 15 April 2012

Transisi

Setelah saya pikir-pikir, ternyata menggunakan bahasa tidak wajar di blog malah aneh. jadinya saya putuskan di detik ini juga, saya menggunakan bahasa wajar,
DIA-LO-GUE.

Jumat, 17 Februari 2012

Anti-Narcotic Ambassador

Alhamdulillah. Ini adalah kesempatan dan tanggung jawab yang sangat jarang saya dapatkan. Bukan untuk dipermainkan tapi sandangan ini wajib dijaga.

Sejak TK saya tidak pernah menyangka kehidupan saya semasa SMA harus dihabiskan dengan kegiatan positif macam ini. Siapa yang akan menduga seorang lelaki bersekolah di desa mampu menjadi Duta Anti-Narkoba? Ya memang dalam pemilihan Duta Anti-Narkoba itu sendiri tidak ada seleksi yang signifikan. Sekolah hanya meminta perwakilan atau katakan lah siswa-siswi yang pantas untuk berpredikat 'Anti-Narkoba'.

Duta wisata yang berjumlah 50 siswa-siswi ini terdiri atas perwakilan kelas X dan kelas XI, anggota dari Pasukan Pengibar Bendera SMADA (Paskamada) dan Pengurus OSIS-MPK masa bakti 2011/2012.

Di sekitar 2 minggu yang lalu, Badan Narkotika Kabupaten (BNK) berkunjung ke sekolah. Kunjungan tersebut sekaligus meneliti seberapa banyak siswa-siswi yang mengidap kelaparan obat-obatan melalui Tes Urine. Caranya memang agak sedikit aneh, karena terus terang saja saya tidak biasa mengikuti ujian seperti ini.

Cara I, siswa-siswi dikumpulkan ke dalam suatu ruangan yaitu Ruang FISIKA A. Mengapa? Karena memang berdekatan dengan toilet. Di sini mereka akan mendapat penyuluhan dari pihak BNK akan akibat dan dampak buruk dari hidup tidak sehat dan terlibat Narkoba.

Cara II, 5 per 5 siswa-siswi dipanggil untuk menuju toilet. Di sana mereka akan menemukan sebuah meja panjang berhiaskan botol-botol urin siswa-siswi se-sekolah yang sedang diuji dengan suatu larutan pendeteksi Narkoba. Setiap siswa akan mendapatkan sebuah botol cantik berbentuk seperti tempat roll film kamera analog dan didekorasi dengan nama sang pemilik urin.

Cara III, siswa masuk ke dalam toilet setelah menulis daftar hadir. Di dalam toilet, siswa akan dihebohkan dengan bagaimana cara urin bisa masuk ke dalam botol yang jelas-jelas berukuran kecil. Apalagi ada beberapa rekan saya yang mendapatkan botol dengan lubang hanya se-diameter jari manis. Sangat tidak manis. Tapi syukurlah saya mendapat lubang yang besar walau memang masih bisa dikatakan kecil. Banyak yang bertanya-tanya, bagaimana dengan para siswi? Ha? Itu urusan mereka. 

Cara IV, siswa dengan rasa malu menyerahkan urin mereka seraya berdo'a tidak ada kandungan yang aneh-aneh di dalamnya. Sebaliknya, dengan tega dan tidak pandang lubang botol, petugas dari BNK menerima botol urin kami.

Dari hasil yang didapat 2 minggu kemudian, siswa-siswi R-SMA-BI NEGERI 2 LUMAJANG dinyatakan bebas dari Narkoba atau negatif dari penyalahgunaan obat-obatan tersebut. Dan selanjutnya surat pemberitahuan pun diedarkan. Dengan isi kurang lebih seperti di bawah ini :

Telah melaksanakan Tes Urine dengan Alat Deteksi Ekstasi kepada :
Nama  : Muhammad 'Ammar Faiz
Kelas  : XI IPA 5
Dengan hasil Tes Urine dinyatakan "NEGATIF"

Dari semua itu bisa ditarik kesimpulan bahwa untuk menjadi salah satu dari Duta Anti-Narkoba terlebih dahulu harus dekat dengan pengurus sekolah, aktif dalam keorganisasian dan terbukti negatif dari uji kandungan urin.

Tak lama dari pengucapan janji di depan Bupati dan Wakil Bupati di salah satu segmen Tasyakuran sekolah, sebuah TV lokal mengabarkan bahwa "R-SMA-BI NEGERI 2 LUMAJANG terbukti bebas dari narkoba" sekali lagi kurang lebih seperti itu, karena yang memberitahukan kabar baik itu adalah kakak kelas saya.





Duduk di kursi :
As'at Malik (Wakil Bupati), Sjahrazad Masdar (Bupati) dan Mas Mono (Ayam Bakar Mas Mono's Owner) 

 Foto-foto di atas diambil langsung oleh Mr. Arif.



Foto-foto di atas adalah milik Isnani ..... kelas X

Selasa, 06 Desember 2011

Kejujuran (oh ya)

Oh ya, kejujuran. Saya hampir lupa atau bahkan melupakannya. Terlalu banyak guru atau jasa pengajar yang menggembar-gemborkan permasalahn ini (ini masalah?). Tapi apa yang mereka dapat, masih banyak siswa ataupun murid didikannya yang melakukan kecurangan dan ketidakjujuran. Ini miris sekali. Masuk telinga kanan keluar saku kiri.

Terlalu banyak orang pintar (bukan dukun) dan tidak banyak juga orang yang jujur. Banyak negara yang telah dirugikan karena sikap dan perlakuan orang-orang berjenis seperti ini.

"Saya cuma ngambil duit 100rb kok." padahal dalam kenyataannya 105rb. Walaupun sedikit, tetapi jika dilakukan dengan berkesinambungan, duit 5rb yang dia ambil dikalikan 100 kali dia ngambil, dia udah bisa beli Blackberry (nyicil 12x).

Jangan jauh-jauh deh, teman saya satu kelas aja juga banyak yang udah berperilaku sebagai koruptor kecil-kecilan. Entah apa yang mereka perbuat, tapi rasanya ada.

"Kami menghargai kejujuranmu. Ayo latihan jujur." Dalam pikiran saya hanya ada, "Oh ya?" Kalau mungkin ada jujurmeter (pengukur kejujuran) pasti banyak dari temen-temen saya atau bahkan saya sendiri mendapat nilai dibawah nilai kelulusan.

Yang mereka cari adalah nilai, bukan kejujuran. Mengapa? Karena di dalam rapor yang mereka terima yang ada hanya nilai bukan peringkat kejujuran. Jadi untuk apa jujur? Toh nggak ada yang menghargai kejujuran mereka.

Yang jujur sekalipun, jika nilainya kurang dari nilai kelulusan tetap aja nggak bisa naik banding menjadi lulus. Ini yang diesebut menghargai kejujuran? Jelas tidak.

Dalam ulangan contohnya. Seketat-ketatnya penjaga ruang ujian, mereka (temen saya seperjuangan dan juga saya) pasti lebih pintar untuk mencari kesempitan di dalam kesempatan. Anggap saja maling lebih pintar dari polisi.

Jika negara ini penuh sesak dengan orang macam ini. Berapa tahun lagi negara ini bisa bertahan?