Sabtu, 26 November 2011

Emansipasi? (n)

Sebenernya sejak kapan sih opini tentang 'emansipasi' ini diumbar? Menurut saya, ini malah mempersulit mereka-mereka yang biasa kita sebut wanita, cewek, perempuan, hawa dan sebangsanya itu.

Kalau saya disuruh milih antara :
(1) ada di rumah buat ngerjain kerjaan rumah yang mudah-mudah, atau
(2) bekerja di kantoran ditemani cuap-cuap bos yang kesana kemari cuma ngumbar sensasi.
Saya lebih memilih opsi yang pertama. Saya bisa tidur-tiduran maco, cuci baju tetangga dan makan tumpeng di atas meja. Terserahlah.


Yang ada dipikiran saya saat ini, jadi wanita karir itu nggak enak. Apalagi buat saya yang notabene bukan wanita atau bahkan wanita karir.

Nggak bisa ngurusin keluarga secara 'utuh', nggak bisa ngerasain betapa indahnya hidup di rumah tanpa ada bos, nggak bisa bangun tidur jam berapa aja ataupun yang lainnya.

Ini aneh, udah dikasih yang mudah, eh masih tetep ngotot pengin ngedapetin yang susah-susah. Mungkin memang terlihat seperti mencari pengalaman dan sebagainya. Tapi menurut telinga saya malah seperti mencari pengamalan.

AMAL vs ALAM

"Emansipasi adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan sejumlah usaha untuk mendapatkan hak politik maupun persamaan derajat, sering bagi kelompok yang tak diberi hak secara spesifik, atau secara lebih umum dalam pembahasan masalah seperti itu." Wikipedia.

Dari ilmu yang saya dapet secara cuma-cuma itu, otak saya mulai memainkan ritme-ritme pemikirannya. Dari definisi di atas, jelas banget kalau wanita hanya meminta persamaan hak, tidak dengan kewajiban dan tidak dengan tagihan utang (kecuali kredit panci). Ini malah jelas menindas kaum pria. Kenapa mereka meminta hak yang sama sedangkan kewajibannya nggak? Saya nggak tahu jalan pikiran mereka apa.

Semakin jelas kalau kita (saya pria) adalah pria-pria takut wanita.

Mereka meminta hak yang sama, sedangkan nggak dengan kewajiban. Jadi, kalau mereka pengin minta hak-hak yang sama dengan apa yang didapat adam, mereka juga harus ngelakuin apa yang sering dilakuin adam.

Oleh sebab itu, karena saya nggak suka dengan ketidakadilan apalagi penindasan, saya coba nerapin hidup yang berwawasan emansipasi (amandemen) tersebut di kehidupan nyata saya.

Kalau mungkin di bus biasanya adam yang ngalah buat berdiri, karena emansipasi jadi tukar posisi, para hawa yang berdiri dan adam duduk. Cara ini berhasil saya terapin di lingkungan kelas saya sendiri, dan saya akhirnya dapat dampak positifnya juga dari emansipasi yang hawa ajukan.

Apa ada yang nggak terima? Siapa suruh minta emansipasi.

Kalau memang anda adalah warga negara yang baik dan budiman (istri budiwoman), seharusnya menyeimbangkan antara hak dan kewajiban. Jangan minta hak tanpa ngelakuin apa-apa. Apalagi minta hak adam tanpa ngelakuin kewajiban adam.

Seharusnya mereka (hawa) pikir-pikir dulu kalau mau ngopiniin sesuatu. Kalau begini? Siapa yang salah? (Yang jelas saya.)

Persamaan gender, hawa minta disamain dengan adam. Kalau adam jadi tukang parkir, jangan sampe hawa nggak mau jadi tukang parkir. Namanya juga persamaan hak, kerjaan juga hak. Nantinya adam akan menimang-nimang anaknya dan melakukan pekerjaan yang biasa dilakukan oleh ibu rumah tangga, sebut saja 'ayah rumah tangga'.

Betapa menderitanya.

Saya yakin di tahun-tahun ke depan hawa akan banyak terlihat sebagai pekerja ketimbang memelihara pekerja (adam).

Istilah yang lain juga ada, 'ladies first'. Contohnya kalau lagi mau masuk pintu yang nempel di ruang berAC dengan banyak kue manis di dalamnya, pasti hawa ngomong, "Ladies first." Ini jelas sekali kalau hawa pengin yang enak-enak diduluin. Coba deh sesekali kalau ada jalan dimana berisi eek kebo dan yang lainnya, pasti mereka nggak mau duluan.

Emansipasi malah terdengar seperti diskriminasi.

"Oh.."