Rabu, 22 Februari 2012

Seleksi PASKIBRA I

Posting ini bisa saya mulai dengan bacaan Bismillah dan Alhamdulillah

AKHIRNYA LOLOS TAHAP PERTAMA!! YES!!

Ya, anda benar. Berkat posting saya sebelumnya dan banyak pihak yang terlibat termasuk Allah, satu-satunya pelindung dan pembantu kesuksesan saya. Saya dimudahkan untuk meraih salah satu HOPE yang ada di HOPELIST dinding kamar tidur. Dari kejauhan sudah berbau sedap dan renyah sepertinya.

Di tahap pertama ini kita para calon PASKIBRA diseleksi oleh mantan PASKAB dari sekolah yang masih kelas XI, teman saya sendiri, tim PASKAMADA. Walau masih seumuran, gelagat mereka sudah seperti bapak dan ibu tentara pembina. Keren.

Dengan mencoba menjadi pribadi yang disiplin, saya mentaati setiap tata cara yang mereka suguhkan... di tengah terik matahari dan hujan rontok-rontok siang hari itu.

Langkah pertama adalah, kawan-kawan saya PASKAMADA ini memanggil atau memilih secara langsung siapa-siapa saja yang berhak dan pantas untuk dijadikan calon. Mereka masuk ke kelas-kelas atau door to door. Dengan berasumsi yang tinggi yang direkomendasikan. 

Pada saat itu, Yudha, Fatih dan Ela yang berkunjung di kelas geografi saya. Kita diperintahkan untuk memberdirikan tubuh, dan yang merasa tinggi langsung dibungkus dan dibawanya keluar. Dari 32 anak yang ada di kelas, yang keluar kelas atau lolos ketinggian kurang lebih hanya 7 anak, putra-putri (Egin, Iis, Yeyen, Fahmi, Sapta, Lazur, Saya). Dan sayangnya ketika itu ulangan bahasa indonesia sedang dilaksanakan. Dari 7 anak yang direkomendasikan hanya 4 anak (Saya, Iis, Yeyen dan Egin) yang bersedia ke luar kelas dan meninggalkan ulangan harian. 

Kita se-kelas X dan kelas XI yang telah dipilih, dikumpulkan di lapangan apel sekolah. Dari PASKAB sendiri mereka memberi kesempatan bagi mereka-mereka yang tidak sanggup atau kurang mampu untuk mengemban misi ini.

Yang namanya anak SMA, mungkin masih banyak yang malu-malu tupai. Sesi penawaran pertama tidak ada yang berani mengundurkan diri. Tapi pada sesi-sesi selanjutnya, hampir 1/4 bagian mengundurkan diri. Oh ghost!

Dari jumlah yang ada, kami dibagi menjadi 4 kloter, 2 kloter putra dan 2 kloter putri. Dari 2 kloter tersebut dibagi menjadi 1 kloter. 2 kloter putra dan putri pertama dipanggil menuju lapangan basket untuk  tes peragaan PBB. Dan 2 kloter sisanya mengukur tinggi badan dan sebagainya di tes pengukuran tubuh. Saya masuk ke dalam kloter pertama dimana saya harus tes peragaan PBB terlebih dahulu.

Dalam tes peragaan, yang diujiteskan sangat lah simpel. Terlebih dahulu mereka mengecek kaki-kaki polos kami, berlekuk-lekuk 'O', 'X' atau tidak (normal). Di situ saya panik karena baru saya sadari bahwa antara lutut kaki kanan dan kaki kiri saya tidak bisa disatukan dengan sempurna. Aduh, gawat! Beberapa saat saya terpaksa dan memaksakan lutut dengan lutut saya satukan, tapi malah terlihat seperti orang bingung cari toilet kebelet kencing. Tapi nampaknya tidak ada yang dikhawatirkan kembali.

Setelah itu mulailah diujicoba pemberian aba-aba: siap gerak! istirahat di tempat gerak! langkah tegap maju jalan! berhenti gerak! balik kanan gerak! Dari tes aba-aba tersebut bisa dibilang saya sukses melakoninya, saya berhasil mengingat-ingat kembali cara PBB selama 3 tahun di SMP dalam rangka DIRGAHAYU RI. Dan malah lebih baik dari itu.

Sehari sebelumnya saya latihan PBB di dalam kamar mandi seraya mengingat-ingat gerakan-gerakan PASKAMADA saat upacara senin berlangsung.

Setelah tes tersebut usai, kloter kami digiring menuju tes ukur badan. Agak sedikit mengantre karena memang banyak yang berminat turut serta. Tesnya: melihat kebengkokan kedua lengan tangan, kerabunan mata, dan keompongan gigi. Di situ saya khawatir karena saya miopi (-1.0) (sekitar itu lah). Gigi tidak ompong hanya saja kurang rata dan eksotis

Tidak cukup di situ, tes selanjutnya adalah ukur berat badan, benar dugaan saya, berat badan saya 55 kg. Itu sudah ditambah ikat pinggang, baju seragam, kaos dan daleman. Saya butuh lemak!!

Selanjutnya tinggi badan, angka yang berhasil saya kumpulkan adalah 186 cm. Pertama saya pesimis, khawatir mistarnya melebihi kapasitas maksimal.

Habis lah acara tahap pertama saya. Di jam-jam sepulang sekolah saya mendapatkan kabar bahwa saya lolos. Hal ini mengingat ada 2 teman saya yang lain yang juga bertinggi badan hampir sama, 184 cm, 185 cm. Dari satu sekolahan yang bertinggi badan di atas 180 cm hanya ada 4-7 anak. Di situ ketua PASKAMADA masih menanyakan tetang fenomena unik tersebut. Semoga saya tetap lolos dan bisa melanjutkannya hingga titik terbaik. Amin.

INDONESIAKU HORAI!!

Selasa, 21 Februari 2012

20 kg Harus Kemana?

Panik. Panik seribu panik. Panik sejuta panik. Panik setriliun panik. Dan panik sejumlah uang yang dibawa Nazarudin. Ini bener-bener gila. Gila bener-bener ini. Dan ini gila beneran. 

Besok (22/2) adalah seleksi tahap awal penerimaan peserta Paskibra Kabupaten. Dalam tahap ini, petugas-petugas yang akan menseleksi adalah peseta pasukan pengibar bendera di tahun sebelumnya. Ini memang dadakan. Bukan dadakan juga karena saya terlambat untuk menyiapkannya secara matang dan bersusah payah sebelum-sebelumnya. 

Ya, saya tertarik untuk mengikuti acara pembangkit jiwa nasionalisme ini. Bukan berarti sebelumnya saya tidak cinta Indonesia. Hanya saja akan jadi suatu poin + (plus) saat saya bisa masuk menjadi salah satu peserta berbadan 'tinggi' dalam pasukan pengibar bendera. Dibuatnya melting seketika.

Hal ini dilatarbelakangi oleh kejadian di tahun-tahun sebelumnya dimana sekolah saya selalu menempatkan kelas saya untuk dijadikan peserta upacara di Alun-Alun Kabupaten. Bulu kudu dan ketiak seketika merinding saat melihat proses demi proses, barisan demi barisan, formasi demi formasi pelaksanaan pengibaran bendera.

Dengan bangga saya melihat mereka, teman-teman saya. Mereka berkedudukan sempurna dideretan pasukan itu. Dengan berbungkus baju putih khas pasukan pengibar mereka menunaikan tugas mulia ini. Dan Proklamasi 17 Agusutus adalah puncak dari kesuksesan-kesuksesan mereka di hampir 1 semester sebelumnya berlatih.

Yang membuat saya panik adalah berat badan saya. Beberapa hari yang lalu saat pembacaan ikrar Duta Anti-Narkoba, saya tiba-tiba panik ketika harus dihadapkiri-kanankan oleh sang pemberi aba-aba. Saya sudah terlanjur lupa dengan perintah-perintah baris berbaris sewaktu masih di SMP. Bagaimana dengan nanti saat seleksi Paskibra? Panik (lagi).

Di saat pembacaan itu, saya melihat langsung melalui video, bahwasannya saya terlihat sangat flat, abnormal, terlalu tinggi, dan tidak ada yang bengkak (baca: lemak) di sana-sini. Oh, itu kah saya?

Pertanyaan seketika muncul dari teman saya yang bengkak, "Gimana sih cara ngurusin?". Pertanyaan terebut jelas akan bingung saya jawab. Atau jawabannya akan sama membingungkannya saat saya menanyakan, "Gimana sih cara ngebengkakin?". Jelas harus berputar otak 2x atau lebih dari 360 derajat untuk menjawab pertanyaan menyesatkan ini.

Secara de yure saya sangat ingin berpartisipasi dalam kegiatan rutin setiap tahun ini. Namun secara de facto, setiap tahun berat badan saya tetap atau malah berkurang dengan cekup deras(tis).

Dengan menggunakan rumus: 
Berat Badan Ideal = Tinggi Badan - 110.
Maka bisa dikorelasikan dengan saya menjadi:
Berat Badan Ideal = 185 - 110 = 75
Sedangkan berat badan saya saat ini 55 kg. 55 kg = Jauh dari Ideal. Dan itu berarti saya harus melakukan pencarian untuk sisanya, 20 kg.

Jika orang tidak berpikir, mungkin dia akan memakan temannya yang paling gemuk di kelasnya. Dengan berpikiran bahwa lemak-lemak yang ada di raga temannya akan berpindah secara difusi ke dalam susunan lemak terbatas yang dimilikinya.

Langkah yang sudah saya tempuh selama saya hidup untuk mendapatkan berat badan ideal:
1. Makan yang banyak setiap hari.
2. Berjalan lebih dari 10000 langkah setiap hari (Petugas Poskamling Sekolah Termuda).
3. Memakan makanan ringan (tidak harus kerupuk, emping, keripik dan sebangsanya) setiap ada rejeki lebih.
4. Tidak suka berolahraga.
5. Minum susu semaunya (terserah kapan).
6. Tidur selalu paling sering.
7. Makan jajan kantin paling banyak (termasuk jajan punya temen).
8. Minum kurang lebih 2L per hari.
9. Berdo'a agat dilimpahkan lemak secara ideal.
10. Bertukar pikiran dengan sesama kurus.
11. Berteman dengan orang 'berisi', dengan keyakinan berteman dengan sales parfum akan terciprat aromanya, maka jika berteman dengan orang berdaging akan terciprat dagingnya (bunuh diri).

Akhir kata, semoga saya bisa disegerakan mempunyai tubuh proporsional dan berat badan ideal. Dan semoga saya bisa masuk dalam pasukan pengibar bendera. Amin.

Sabtu, 18 Februari 2012

Obrolan Terik Siang Mie Goreng Instan

Siang hari mungkin adalah waktu senggang yang sangat tidak diminati untuk dinikmati. Apalagi terik matahari yang saat itu sangat tidak bersahabat dengan kulit. Suhu udara mencapai 30 derajat celcius. Bisa di bawahnya atau bahkan jauh di atasnya. Belum lagi pantulan dari balutan batu yang tersusun menganyam di seluruh kompleks sekolah. Jika saya adalah iga sapi bumbu pecel siap panggang, mungkin didiamkan di atasnya sambil sesekali dibalik akan matang menggosong sekitar 2 jam setelah pemesanan.

Saya pikir kembali, jika saya adalah iga sapi, maka bisa dipastikan pelanggan pertama yang akan memakan saya adalah nenek-nenek krimbat bergigi aspal. Ya benar, daging saya jarang ditemukan.

Kebetulan sekali hari itu cuaca sedang baik. Matahari tidak memamerkan aura 'hot'nya secara berlebihan. Sekejap awan tampak seperti tenda raksasa yang menghampar lebar menampar langit. Angin dingin berhembus di sela semak-semak. Hujan rintik-rintik turut serta menyumbang sejuknya siang itu. 

Saya mengajak dia untuk sekedar mengisi perut di kantin tetangga. Hanya mengajaknya makan siang. Tidak lebih dari itu. Tidak mentraktir atau bahkan memintanya untuk membelikan saya satu porsi penuh makan siang.

Makan siang kali ini sudah didahului dengan penuhnya volume perut saya. Jadi saya hanya menemaninya makan siang. Tidak ikut makan, rencananya seperti itu.

Bercengkrama seperti biasa walau menurut saya tidak biasa. Membicarakan hal remeh yang sangat saya nikmati. Menyombongkan diri sesaat lalu memotivasinya untuk mampu melakukan lebih. Ya, hidup memang harus didahului dengan mendorong seseorang lain.

Bergurau dengan sewajarnya. Menanyakan hasil ulangannya yang saya pikir lebih baik dari saya dulu. Menjawab pertanyaannya dengan senyum secukupnya dan hati sepenuhnya. Sangat bahagia.

Obrolan kami tiba-tiba terhenti saat seseorang di seberang menyapa dia. Saya pun tidak ingin kalah. Walau saya kurang paham siapa orang yang tega mengacaukan acara kami ini, saya hanya menyapa temannya dan menggelontorkan senyuman kepadanya.

"Yuk, lanjut."

Kami pun melanjutkan langkah kaki kami. Karena nampaknya dia sudah terlalu lapar untuk ukuran beberapa meter berjalan. Deretan tulang yang saya miliki seperti tidak sanggup mengganjal dorongan penyakit lambungnya yang kapan saja bisa kambuh saat terlambat makan.

Setibanya di meja dan dua kursi yang saling berhadapan. Dia permisi untuk memesan sepiring Mie Goreng Instan. Saya mengiyakan. Sesekali saya membuka kotak masuk telepon genggam saya. Mengecek apakah ada SMS penting yang masuk. Hari itu ada di sela-sela kesibukan saya menyiapkan HUT sekolah. Tentu saya akan menyempatkan acara ini. Acara jarang ini.

Sejurus dengan itu saya memesankan beberapa gelas air mineral. Minuman kesukaan saya yang sepertinya sering berganti rasa disaat lelah. Minuman kesehatan tersehat dan tidak menyusahkan organ pencernaan.

Sambil menunggu hidangan super enak langganan kami itu hadir di meja kayu berwarna hijau itu. Kami termenung sendiri. Seperti ada penampakan buruk di raut wajah masing-masing dari kami. Seperti ada kata 'Jangan.' atau apalah. Saya kurang tahu aura kami saat itu. Saya hanya mengira-ngira mengapa kami tiba-tiba terdiam.

Tak lama berselang. Piring Mie Goreng Instan melantai di atas meja kami. Sontak memecah keheningan yang kami awetkan. Dia mengaduk-aduk adonan itu agar bumbu tercampur dengan rata. Dan saya hanya tersenyum manis menggelikan melihat pemandangan ini. Dia lucu saat kelaparan. Dan saya malah akan terlihat sangat menyeramkan saar sudah beberapa jam tidak makan.

Terkadang dia yang memulai pembicaraan dan sering kali saya yang mengajaknya untuk bicara. Makan siang kali ini mungkin masih bisa dihitung jari. Dan hari itu adalah hari kesekiannya kami makan siang bersama. Biasanya kami selalu ditemani oleh teman dia. Tapi hari itu sepertinya teman dia mendahuluinya pulang.

"Bayangin kita lagi makan Spaghetti di pojokan kota Venesia. Atau kalau enggak, kita makan roti mariam di Dubai. Atau yang paling deket, kita makan mie aceh di Aceh." gurau saya.

Mimpi-mimpi itu yang sering kali saya unggah ke permukaan. Gurauan termustajabah yang menghibur kami. 

"Nanti kita ke sana ya." jawab dia.

Dengan senyum penuh harapan dan berdo'a di dalam hati, mengiyakan. Seraya memainkan imajinasi, kira-kira kapan dan sedang apa kami di sana. Di belahan dunia yang ingin kami jejaki bersama itu.

Mengobrol ke sana-sini, tidak terasa tangan ini membantunya menghabiskan santap siangnya. Dan tidak terasa juga kami kenyang serentak. Bersama spaghetti Venesia, roti mariam Dubai dan Mie Aceh. Ya, suatu saat nanti kami akan ke sana. Mengenyangkan perut kami dengan mimpi yang menjadi kenyataan. Memuaskan makan siang kami di tengah-tengah kerumunan penduduk dunia. Serta mengenang masa SMA dimana kami merebus bersama angan-angan itu.

"Saya meminta maaf atas apa yang tidak pernah saya ketahui.
Saya meminta maaf karena tidak berhasil merasakan apa salah saya sesungguhnya.
Dan saya meminta maaf karena terlalu sering meminta maaf. Maaf."

Jumat, 17 Februari 2012

In A Manner Of Speaking


Anti-Narcotic Ambassador

Alhamdulillah. Ini adalah kesempatan dan tanggung jawab yang sangat jarang saya dapatkan. Bukan untuk dipermainkan tapi sandangan ini wajib dijaga.

Sejak TK saya tidak pernah menyangka kehidupan saya semasa SMA harus dihabiskan dengan kegiatan positif macam ini. Siapa yang akan menduga seorang lelaki bersekolah di desa mampu menjadi Duta Anti-Narkoba? Ya memang dalam pemilihan Duta Anti-Narkoba itu sendiri tidak ada seleksi yang signifikan. Sekolah hanya meminta perwakilan atau katakan lah siswa-siswi yang pantas untuk berpredikat 'Anti-Narkoba'.

Duta wisata yang berjumlah 50 siswa-siswi ini terdiri atas perwakilan kelas X dan kelas XI, anggota dari Pasukan Pengibar Bendera SMADA (Paskamada) dan Pengurus OSIS-MPK masa bakti 2011/2012.

Di sekitar 2 minggu yang lalu, Badan Narkotika Kabupaten (BNK) berkunjung ke sekolah. Kunjungan tersebut sekaligus meneliti seberapa banyak siswa-siswi yang mengidap kelaparan obat-obatan melalui Tes Urine. Caranya memang agak sedikit aneh, karena terus terang saja saya tidak biasa mengikuti ujian seperti ini.

Cara I, siswa-siswi dikumpulkan ke dalam suatu ruangan yaitu Ruang FISIKA A. Mengapa? Karena memang berdekatan dengan toilet. Di sini mereka akan mendapat penyuluhan dari pihak BNK akan akibat dan dampak buruk dari hidup tidak sehat dan terlibat Narkoba.

Cara II, 5 per 5 siswa-siswi dipanggil untuk menuju toilet. Di sana mereka akan menemukan sebuah meja panjang berhiaskan botol-botol urin siswa-siswi se-sekolah yang sedang diuji dengan suatu larutan pendeteksi Narkoba. Setiap siswa akan mendapatkan sebuah botol cantik berbentuk seperti tempat roll film kamera analog dan didekorasi dengan nama sang pemilik urin.

Cara III, siswa masuk ke dalam toilet setelah menulis daftar hadir. Di dalam toilet, siswa akan dihebohkan dengan bagaimana cara urin bisa masuk ke dalam botol yang jelas-jelas berukuran kecil. Apalagi ada beberapa rekan saya yang mendapatkan botol dengan lubang hanya se-diameter jari manis. Sangat tidak manis. Tapi syukurlah saya mendapat lubang yang besar walau memang masih bisa dikatakan kecil. Banyak yang bertanya-tanya, bagaimana dengan para siswi? Ha? Itu urusan mereka. 

Cara IV, siswa dengan rasa malu menyerahkan urin mereka seraya berdo'a tidak ada kandungan yang aneh-aneh di dalamnya. Sebaliknya, dengan tega dan tidak pandang lubang botol, petugas dari BNK menerima botol urin kami.

Dari hasil yang didapat 2 minggu kemudian, siswa-siswi R-SMA-BI NEGERI 2 LUMAJANG dinyatakan bebas dari Narkoba atau negatif dari penyalahgunaan obat-obatan tersebut. Dan selanjutnya surat pemberitahuan pun diedarkan. Dengan isi kurang lebih seperti di bawah ini :

Telah melaksanakan Tes Urine dengan Alat Deteksi Ekstasi kepada :
Nama  : Muhammad 'Ammar Faiz
Kelas  : XI IPA 5
Dengan hasil Tes Urine dinyatakan "NEGATIF"

Dari semua itu bisa ditarik kesimpulan bahwa untuk menjadi salah satu dari Duta Anti-Narkoba terlebih dahulu harus dekat dengan pengurus sekolah, aktif dalam keorganisasian dan terbukti negatif dari uji kandungan urin.

Tak lama dari pengucapan janji di depan Bupati dan Wakil Bupati di salah satu segmen Tasyakuran sekolah, sebuah TV lokal mengabarkan bahwa "R-SMA-BI NEGERI 2 LUMAJANG terbukti bebas dari narkoba" sekali lagi kurang lebih seperti itu, karena yang memberitahukan kabar baik itu adalah kakak kelas saya.





Duduk di kursi :
As'at Malik (Wakil Bupati), Sjahrazad Masdar (Bupati) dan Mas Mono (Ayam Bakar Mas Mono's Owner) 

 Foto-foto di atas diambil langsung oleh Mr. Arif.



Foto-foto di atas adalah milik Isnani ..... kelas X

Kamis, 16 Februari 2012

HUT 35 dan Embel-Embelnya jilid 1

Hari pertama adalah Lomba Mewarnai Tingkat Taman Kanak-Kanak se-Kabupaten. Bisa Anda baca dengan sangat remeh ataupun berat sebelah tangan. Tapi bagi saya yang terlibat langsung dalam persiapannya (bukan mewarnai lembaran-lembaran putih adik-adik TK) saya merasa sangat lelah dan merepotkan. Bisa saja saya tidak peduli dengan semuanya, karena tugas saya hanya melayani tamu. Itu artinya bekerja pada saat online. Tidak perlu terlibat secara offline.

Tapi entah mengapa hati tak enak saat tugas-tugas yang kurang beres tidak dibereskan dengan baik. Bukan berarti pada saat saya kerjakan hasilnya baik, tapi minimal membantu mereka-mereka yang kurang menguasai lapangan, bukan berarti saya yang menguasai lapangan. Bukan berarti juga paragraf ini butuh Anda baca.

H-2 disibukkan dengan menyiapkan ID Card panitia. Design sudah siap sekitar 1 bulan yang lalu, tapi akan tetap menjadi softcopy saat tidak di-hardcopy-kan. Tentu saja hati saya tergerak dengan kemerosotan ini. Jelas lagi ini bukan tugas saya, saya hanya ingin turut serta mengambil tanggung dan jawab di seksi yang lain sebut dekorasi. Bukan tidak percaya, hanya ingin membantu mereka yang mungkin kurang sempat mengatasi persoalan kecoa ini.

H-1 mencari biaya dengan meminjam dana ke sana-sini untuk melunasi biaya pembuatan ID Card + spanduk selamat datang + spanduk pentas. Oh ini berat sekali. Dengan penuh malu berlagak seperti Sales Obat Biru saya menawarkan khasiat-khasiat yang akan mereka-mereka dapat saat ID Card dan banner-banner ini sukses diterbitkan.

Saya dan beberapa rekan saya yang membuatnya dengan gelisah dan tak tahu harus diapakan, lalu melaporkan hasilnya ke Koordinator Dekorasi, mencarikan dana untuknya melalui perantara Koordinator Pendanaan, mencetakkannya seusai mendapat koceh di percetakan digital terkemuka, ARAYA, memasangkannya di tengah malam berselimutkan guyuran hujan di dinding sekolah dan pentas berkawankan Thollha, Demsi, Mr. Pono dan Mas Adam. Dengan bersenjatakan lampu sorot berukuran kecil, saya samakan tubuh ramping ini seperti mercusuar. Bedanya mungkin saya lebih bisa terkontrol. Saat mereka naik ke atas, saya memilih untuk naik ke bawah, tetap di bawah. Menyorot mereka yang membutuhkan penerangan dari saya.

Setelah semua tuntas dengan gembira, saya beristirahat di tengah malam atau katakan lah jam 1 dini hari dan dipaksa untuk bangun seikhlasnya di awal hari. Hari ini saya tidur hanya 3 jam itu sudah dipotong dengan membereskan air liur yang menetes deras di atas karpet Ruang OSIS. Oh ya, hari ini saya menginap.

H dengan ketidaksiapan panitia atau apalah itu, pagi-pagi buta harus mencari speaker untuk Lomba Basket se-Karesidenan Malang-Besuki. Ini kerjaan siapa lagi yang tega saya ambil? Tak terlalu lama untuk mendapatannya walau harus berjuang mencari 6 baterei berukuran raksasa di toko modern bergerojok air laut. Sepulangnya dari itu seseorang membela saya, 'Ini kan tugas Perlengkapan?!'. Saya tak sempat berpikir seperti itu. Biarlah kalau saya kena marah.

ALT + Code

SymbolNumber
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
§21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
space32
!33
"34
#35
$36
%37
&38
'39
(40
)41
*42
+43
,44
-45
.46
/47
048
149
250
351
452
553
654
755
856
957
:58
;59
<60
=61
>62
?63
@64
A65
B66
C67
D68
E69
F70
G71
H72
I73
J74
K75
L76
M77
N78
O79
P80
Q81
R82
S83
T84
U85
SymbolNumber
V86
W87
X88
Y89
Z90
[91
\92
]93
^94
_95
`96
a97
b98
c99
d100
e101
f102
g103
h104
i105
j106
k107
l108
m109
n110
o111
p112
q113
r114
s115
t116
u117
v118
w119
x120
y121
z122
{123
|124
}125
~126
127
Ç128
ü129
é130
â131
ä132
à133
å134
ç135
ê136
ë137
è138
ï139
î140
ì141
Ä142
Å143
É144
æ145
Æ146
ô147
ö148
ò149
û150
ù151
ÿ152
Ö153
Ü154
¢155
£156
¥157
158
ƒ159
á160
í161
ó162
ú163
ñ164
Ñ165
ª166
º167
¿168
169
¬170
SymbolNumber
½171
¼172
¡173
«174
»175
176
177
178
179
180
181
182
183
184
185
186
187
188
189
190
191
192
193
194
195
196
197
198
199
200
201
202
203
204
205
206
207
208
209
210
211
212
213
214
215
216
217
218
219
220
221
222
223
α224
ß225
Γ226
π227
Σ228
σ229
µ230
τ231
Φ232
Θ233
Ω234
δ235
236
φ237
ε238
239
240
±241
242
243
244
245
÷246
247
°248
249
·250
251
252
²253
254
 255