Rabu, 22 Februari 2012

Seleksi PASKIBRA I

Posting ini bisa saya mulai dengan bacaan Bismillah dan Alhamdulillah

AKHIRNYA LOLOS TAHAP PERTAMA!! YES!!

Ya, anda benar. Berkat posting saya sebelumnya dan banyak pihak yang terlibat termasuk Allah, satu-satunya pelindung dan pembantu kesuksesan saya. Saya dimudahkan untuk meraih salah satu HOPE yang ada di HOPELIST dinding kamar tidur. Dari kejauhan sudah berbau sedap dan renyah sepertinya.

Di tahap pertama ini kita para calon PASKIBRA diseleksi oleh mantan PASKAB dari sekolah yang masih kelas XI, teman saya sendiri, tim PASKAMADA. Walau masih seumuran, gelagat mereka sudah seperti bapak dan ibu tentara pembina. Keren.

Dengan mencoba menjadi pribadi yang disiplin, saya mentaati setiap tata cara yang mereka suguhkan... di tengah terik matahari dan hujan rontok-rontok siang hari itu.

Langkah pertama adalah, kawan-kawan saya PASKAMADA ini memanggil atau memilih secara langsung siapa-siapa saja yang berhak dan pantas untuk dijadikan calon. Mereka masuk ke kelas-kelas atau door to door. Dengan berasumsi yang tinggi yang direkomendasikan. 

Pada saat itu, Yudha, Fatih dan Ela yang berkunjung di kelas geografi saya. Kita diperintahkan untuk memberdirikan tubuh, dan yang merasa tinggi langsung dibungkus dan dibawanya keluar. Dari 32 anak yang ada di kelas, yang keluar kelas atau lolos ketinggian kurang lebih hanya 7 anak, putra-putri (Egin, Iis, Yeyen, Fahmi, Sapta, Lazur, Saya). Dan sayangnya ketika itu ulangan bahasa indonesia sedang dilaksanakan. Dari 7 anak yang direkomendasikan hanya 4 anak (Saya, Iis, Yeyen dan Egin) yang bersedia ke luar kelas dan meninggalkan ulangan harian. 

Kita se-kelas X dan kelas XI yang telah dipilih, dikumpulkan di lapangan apel sekolah. Dari PASKAB sendiri mereka memberi kesempatan bagi mereka-mereka yang tidak sanggup atau kurang mampu untuk mengemban misi ini.

Yang namanya anak SMA, mungkin masih banyak yang malu-malu tupai. Sesi penawaran pertama tidak ada yang berani mengundurkan diri. Tapi pada sesi-sesi selanjutnya, hampir 1/4 bagian mengundurkan diri. Oh ghost!

Dari jumlah yang ada, kami dibagi menjadi 4 kloter, 2 kloter putra dan 2 kloter putri. Dari 2 kloter tersebut dibagi menjadi 1 kloter. 2 kloter putra dan putri pertama dipanggil menuju lapangan basket untuk  tes peragaan PBB. Dan 2 kloter sisanya mengukur tinggi badan dan sebagainya di tes pengukuran tubuh. Saya masuk ke dalam kloter pertama dimana saya harus tes peragaan PBB terlebih dahulu.

Dalam tes peragaan, yang diujiteskan sangat lah simpel. Terlebih dahulu mereka mengecek kaki-kaki polos kami, berlekuk-lekuk 'O', 'X' atau tidak (normal). Di situ saya panik karena baru saya sadari bahwa antara lutut kaki kanan dan kaki kiri saya tidak bisa disatukan dengan sempurna. Aduh, gawat! Beberapa saat saya terpaksa dan memaksakan lutut dengan lutut saya satukan, tapi malah terlihat seperti orang bingung cari toilet kebelet kencing. Tapi nampaknya tidak ada yang dikhawatirkan kembali.

Setelah itu mulailah diujicoba pemberian aba-aba: siap gerak! istirahat di tempat gerak! langkah tegap maju jalan! berhenti gerak! balik kanan gerak! Dari tes aba-aba tersebut bisa dibilang saya sukses melakoninya, saya berhasil mengingat-ingat kembali cara PBB selama 3 tahun di SMP dalam rangka DIRGAHAYU RI. Dan malah lebih baik dari itu.

Sehari sebelumnya saya latihan PBB di dalam kamar mandi seraya mengingat-ingat gerakan-gerakan PASKAMADA saat upacara senin berlangsung.

Setelah tes tersebut usai, kloter kami digiring menuju tes ukur badan. Agak sedikit mengantre karena memang banyak yang berminat turut serta. Tesnya: melihat kebengkokan kedua lengan tangan, kerabunan mata, dan keompongan gigi. Di situ saya khawatir karena saya miopi (-1.0) (sekitar itu lah). Gigi tidak ompong hanya saja kurang rata dan eksotis

Tidak cukup di situ, tes selanjutnya adalah ukur berat badan, benar dugaan saya, berat badan saya 55 kg. Itu sudah ditambah ikat pinggang, baju seragam, kaos dan daleman. Saya butuh lemak!!

Selanjutnya tinggi badan, angka yang berhasil saya kumpulkan adalah 186 cm. Pertama saya pesimis, khawatir mistarnya melebihi kapasitas maksimal.

Habis lah acara tahap pertama saya. Di jam-jam sepulang sekolah saya mendapatkan kabar bahwa saya lolos. Hal ini mengingat ada 2 teman saya yang lain yang juga bertinggi badan hampir sama, 184 cm, 185 cm. Dari satu sekolahan yang bertinggi badan di atas 180 cm hanya ada 4-7 anak. Di situ ketua PASKAMADA masih menanyakan tetang fenomena unik tersebut. Semoga saya tetap lolos dan bisa melanjutkannya hingga titik terbaik. Amin.

INDONESIAKU HORAI!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar