Sabtu, 21 Januari 2012

Sejarah Penjualan Barang 'Terlarang'

Hari itu saya lupa hari apa (penyakit lama deh). Hari dimana saya bingung akan arah dan tujuan saya berkeliaran di dalam sekolah untuk apa. Kegiatan Classmeeting cukup membuat pusing kepala. Menata drawing di malam-malam kelam. Mengucapkan acak-acak yang telah saya buat dengan pasti. Dan meratapi malu saat semua itu salah total.

Di malam itu saya tiba-tiba tidak bisa tertidur. Memikirkan hal-hal yang kadang tidak terlalu mendesak untuk dipikirkan. Memikirkan bagaimana nasib hobi fotografi saya selanjutnya. Saya terlalu sibuk di dalam organisasi dan lebih memilih untuk menomersekiankan fotografi saya.

Memaksa tidur dan tidur memaksa. ZzzzZz..

Keesokan harinya tiba-tiba saya tertarik untuk menemui rekan fotografi saya, kaka kelas saya, IP. Saya menanyakan dan menawarkan banyak hal kepada dia. Mulai dari nasib kameranya sudah seperti apa. Bagaimana pendapatnya tentang classmeeting (saya lupa apalagi). Hingga mengintrogasi butik online-nya yang sepertinya menarik.

Saya menawarkan diri dengan seksama, bagaimana jika baju-baju yang dia jual saya pasarkan via foto. Telen dari saya (bukan 100% saya) dan piranti wardrobe dari butik dia. Tapi entah lah, sepertinya jadi agak kurang menarik.

Tiba-tiba dia menodong saya dengan sebuah statement yang tidak sering bisa saya dengar. Dia mengabarkan bahwa dia sekarang ini juga menjual barang mahal, BlackBerry.

Wow! Saya terpesona.

Dia mempromosikan produknya dengan ringan dan mudah saya cerna. Saya tertarik dan sepertinya usaha ini cukup menguntungkan. Cukup menutupi hutang di kantin kejujuran OSIS saya. Cukup menambah pundi-pundi uang saku. Cukup untuk membeli ini itu. Dan semua itu cukup.

Orang hebat adalah mereka yang berani berniat cukup di tengah kekurangan.

Bussed.

Di situlah saya memulai membanting otak, melemparkannya ke tembok Berlin, memeras sari-sarinya dan akhirnya saya tahu jawabannya.

Awalnya mungkin mengirimkan pesan singkat elektronik kepada semua kontak nomer telepon genggam yang saya punya. Dengan agak tidak percaya mereka menerima pesan saya yang berisikan menjual BB dengan harga READY STOCK dan PRE-ORDER. Tanggapan mereka, "Sejak kapan?", "Beneran?", dll.

Ya saya mengerti itu, saya sendiri juga tidak percaya saya mengirimkan pesan 'menjual' itu begitu banyak dan brutal memperkaya. Tidak tua, tidak muda. Tidak wanita, tidak waria. Tidak guru, tidak murid. Semua saya jabanin.

Kedua saya mulai mencari inovasi untuk mem-posting-nya via facebook. Mungkin facebook bisa menjamin publikasi gratis ini dengan cukup cantik. Tag-tag-tagging ke beberapa rekan yang saya kenal di friend list. Dan tanggapannya juga beragam.

Ada yang mengomentari "Kemarin, Kakakku ngambil yang BM nggak sampai 1 juta.", "Sorry bro, aku baru kemarin ngambil android.", "Aku anti BB.", dll. Walau agak menjlebkan diri. Tapi saya terima.

Ketiga, saya posting harga-harga per itemnya via blog. Agak menyingkir dari isi utama blog saya memang, tapi tak apalah. Mengerti atau tidak, itu urusan mereka. Toh hinggak kini saya tak kunjung menerima pesan singkat dari nomer telepon yang saya cantumkan di sudut sana.

Keempat, akhirnya saya print out daftar harganya, saya sebar dari mulut ke mulut (bukan ciuman) dan saya pasang di koperasi rumah.

Alhamdulillah perlahan tapi pasti usaha ini mulali berkembang. Walau sedikit tapi asik dan berisik.

5 Pemuda Maroko Bakar Diri

5 pemuda Maroko bakar dirinya sendiri di depan pelataran sebuah gedung. Ini mengerikan karena cara mereka sangat sadis walau agak unik. Setahu saya tidak ada satupun demonstran di dunia yang pernah melakukan hal mengagumkan ini.

Pemuda ini menggelontorkan aksinya dalam rangka sunatan masal. Bukan.

Mereka melakukan ini karena mereka menentang kepengangguran para pengangguran kerja atau pemerintah yang belum bisa menyediakan lapangan pekerjaan lebih bagi rakyatnya, terutama pemuda yang masa hidupnya lebih lama daripada petua. (mungkin saja)

Pada saat berita ini tersiar via media elektronik tv maupun yutub, saya melihatnya dengan penuh kengerian. Ini gila. Membuat perut mual seketika. Di dalam hati saya hanya bisa berdo'a, "Semoga para pemuda ini benar dengan apa yang mereka pilih. Dan diterima di sisi Allah SWT."

Tak lama kemudian saya menerima kabar dari Umi (Umi yang tega melihat orang bakar diri berlari-lari) bahwa dari 5 pemuda itu 2 di antaranya menerima luka ringan dan lainnya terpaksa mengalami luka bakar parah. Ya Allah, semoga mereka sadar akan tindakan gila yang mereka lakukan. Semoga pemerintah menjadi sangat terharu dengan kegiatan ini. 

Paling penting, semoga pemuda-pemuda lainnya tidak mencontoh hal ini. Cobalah dimodifikasi dan berinovasi sebaik-baiknya. Atau rubahlah demontrasi anarkis dan ngeri menjadi suatu hasil karya yang terkenang.

Mohon jangan dilakukan di rumah ataupun di depan gedung PKK dan yang lainnya.

Ini adalah beban pemerintah dan penghantam HAM dunia. Indonesia jangan tertular ya.


Cara Mengatasi Malware

Alhamdulillah berkat saya yang terserang wabah Malware. Mungkin akibatnya memang sangat berlebihan dan keren sekali. Apalagi untuk saya yang bisa dikatakan tidak bisa facebooking tanpa facebook.

Untuk itu saya mempunyai usaha tersendiri dan termutahir untuk menuntaskan problema ini. 

Langkah pertama adalah dengan sharing ke teman-teman sebangku tentang keluhan yang saya terima dengan baik. Ngobrol-ngobrol dan menanyakan ini-itu, ternyata tidak kunjung menemui titik temu. Karena memang pada saat sekolah, jejaring sosial facebook diblokir sementara selama proses belajar dan dihajar.

Setelah kurang dapat memberi solusi jitu dan terlalu lama (Vierra), saya coba mengabarkan berita ini kepada teman saya yang notabene ketua IT di sekolah. Dia meminta alamat e-mail saya seraya mengeluarkan telepon genggamnya, mengetikkan e-mail saya dengan lancar di depan mushola sekolah.

2 jam saya tunggu, 3 jam, 1 hari dan tidak kunjung mendapat jawaban pasti. Saya frustasi. Tapi tak apalah, mungkin belum rejekinya.

Setelah itu saya coba menindak lanjutinya di ruang OSIS. Karena memang pertama kalinya saya memperoleh musibah ini di komputer OSIS. Saya coba cari solusinya disana. Dan untungnya ada kawan saya, adik kelas saya, Azam. Sepertinya dia adalah korban Malware juga. Sesama korban harus saling tolong-menolong.

Dia memberi tahu saya langkah-langkah cerdas yang bodoh tentang mengibaskan Malware ke luar facebook. Beberapa kotak dialog ini akan muncul pada saat Anda positif menjadi korban kebuasan Malware.

Setelah Sign In akan muncul seperti ini:
Klik aja 'Lanjutkan'.

Setelah terklik dengan gembira akan muncul seperti ini:
Klik aja 'Lanjutkan'.

Setelah terklik dengan sedikit emosional akan muncul seperti ini:
Centang  kotak yang tersedia dan klik aja 'Lanjutkan'.

Setelah tercentang dengan seksi akan muncul kotak dialog seperti ini:
Untuk kesekian kalinya, klik aja 'Lanjutkan'.
 Dan setelah itu cepat-cepatlah mengganti password facebook Anda, karena pada saat ini, akun anda rentan  dan sedang galau-galaunya terhadap hacker. (belum pasti juga)
Hindari tindakan mem-posting password Anda yang baru.
Karena itu tindakan bodoh dan menurunkan kuantitas pertemanan.

Dengan ini saya mengabarkan bahwasannya akun saya berhasil terlepas sempurna dari jeratan Malware.

Jumat, 20 Januari 2012

Infra Red

Yak, sekarang waktunya untuk membahas apa itu Infra Red atau biasa disebut dengan IR dan berbahasa indonesia Infra Merah. 

Menurut apa yang saya tahu, IR adalah suatu produk seni berupa karya foto yang tidak wajar, aneh, unik, mengagumkan, dan lain-lain. Biar tidak repot apa itu IR, coba lah untuk tidak memikirkannya. Yang jelas dia tidak butuh mandi sore apalagi puasa senin-kamis.

Oke. Hari ini tidak sengaja dan tidak terjadwal saya mendapatkan suatu pelajaran di luar jam pelajaran yang saya rasa sangat penting. Mungkin karena hari Jum'at. Skip.

Sepulangnya dari rutinitas tidak jelas namun berharga di ruang OSIS, saya menemukan 2 orang yang tidak asing lagi bagi saya. Karena mereka bukan orang asing (produk lokal). Mereka adalah guru sekaligus mentor fleksibel fotografi saya.

Niat saya hanya salim atau sekadar bertegur sapa. Tapi entah mengapa tiba-tiba guru saya memotret saya dengan agak brutal. Saya tidak tahu foto itu akan dibuat apa. Namun pada saat saya melihat hasil jepretannya, saya tercengang. Kaget. Gembira.

Wow! Ini kamera IR! Setahu saya yang menjadikan sebuah kamera layak dipanggil IR camera adalah kamera yang berisikan Picture Style Ruby, ataupun lainnya. Tapi ini tidak. Ini kamera IR asli modifikasi. Kamera saku Canon dengan fitur mata ikan (read: Fish-Eye). Keren, nyet!

Karena tertarik, saya pun memberanikan diri untuk meminjam dan mengabadikan karya IR, langsung dengan tangan kanan saya. Tak terlupakan.

Terhimpit foto profil facebook yang kian miskin, saya berniat untuk menambah pundi-pundi foto 'hot' saya. Dan langsung saja saya mendedikasikan beliau untuk membantu mengumpulkan karya tampang saya ini. Jediar.

Berikut foto-foto IR yang berhasil saya dapatkan dari e-mail:

Sesaat setelah terpotret minimalis.

Memulai dengan pemanasan. Huh! Hah!

Stretching yang salah tapi melelahkan.

Sasule terlihat dari belakang.

Bermaksud mengagetkan.

Kamis, 19 Januari 2012

Hasrat Cinta - Yana Julio


Bila sudah tak mungkin hasrat cinta menyatu
Walau rasa itu masih ada
Bahkan telah jadi bagian dalam hidupku

Jangan coba tanyakan ketulusan cinta ini
Hanya engkaulah satu harapan
Dan juga satu tujuan dalam hidupku
Kasih

Biarlah cintaku melayang jauh (tiada ragu)
Akan kuceritakan pada dunia
Rasa cinta yang ada

Biar badai datang dan mengguncang hatiku
Percayalah kasih, tiada 'kan terhapus cintaku

Malware

Aduh, apes. Sudah 2 hari ini Facebook saya terprivasi sendiri atau apa lah itu. Pada saat saya masuk, pasti akan ada kalimat:

Karena alasan keamanan, akun Anda dikunci untuk sementara

Your computer appears to be infected with a malware.
Entah mau bagaimana. Saya agak riskan kalau harus mengikuti perintah-perintah di sana. Bukan karena takut facebook alih kendali atau bagaimana. Yang saya takutkan malah bagaimana jika komputer saya terinfeksi bakteri dari akun jejaring ramah lingkungan ini.

Oh, semoga akun saya cepat kembali. Saya mengkhawatirkannya. Saya rindukan belaian indahnya. Menyayanginya sepenuh hati tanpa paksaan dan selalu ikhlas.

Biasanya kita selalu berdua. Menemani di kala lara. Penghibur di kala duka. Dan pemberi motivasi saat menderita. Oh, akun saya.

Terlalu banyak kenangan indah bersamanya. Tak terlupakan. Merindu.

Di saat kantuk tak kunjung datang, timeline cukup membuat mata pedas dan seketika itu tertidur pulas. Walau mimpi agak kacau, tapi tak apa lah yang penting mudah terlelap.

Di saat membuang 'itu', timelines yang berisikan kejorokan cukup mendukung saya mempercepat proses ekskresi. Amonia-amonia yang mengendap santai berjurai di dalam usus dengan mudah keluar. *ups
Semoga kembali dengan selamat sentosa, akun saya, Faiz Sutarsono.

Minggu, 15 Januari 2012

Anda Terbaik

Jadikan diri sendiri sebagai inspirator terbaik,
Jadikan diri sendiri sebagai motivator terbaik,
Dan jadikan diri sendiri sebagai creator terbaik.

Liburan ++

Maaf, posting ini adalah pembetulan dari posting sebelumnya. Tapi posting keduanya memang benar-benar terjadi dan silahkan memulai membaca kelanjutannya.

Ini adalah liburan yang tidak akan pernah terjadi lagi. Meski terlambat, tapi cukup lah untuk sejenak merasakan apa itu liburan. Anggap ini adalah hari dimana liburan selama 2 minggu di-convert menjadi 1 hari. Tidak ke luar provinsi, tidak ke luar negeri dan tidak ke luar dunia. Tetap berada dalam jangkauan mobil avanza.

Goes to Jember.

Mungkin memang terlalu jauh untuk berangkat dengan berjalan kaki, namun sedikit mual jika menaiki mobil. Apalagi bagi saya yang jarang naik mobil. 

AC : Off

Rencananya hari ini kita berangkat jam 5 pagi. Tapi apa daya kita bangun kesiangan, walau tidak terlalu siang. Kondisi ini diperparah saat Abi dan Wafi ternyata memulai hari dengan bersepeda dan pulang jam 7 pagi. Molor. 

Setelah kedatangan mereka saya nanti, mereka pun datang. Saya pikir mereka pulang dengan bermobil, tetapi tetap saja bersepeda. Oh. Ribet mengurus keperluan apa saja yang akan kita bawa. Semua siap, Abi ambil mobil. Bukan di bengkel, bukan dimana, tapi di tempat penyewaan mobil. Maklum kita belum sempat beli Betley. Skip.

Molor, molor, dan molor akhirnya kita berangkat jam 10 pagi. Ini benar-benar tidak wajar, bisa dibilang rencana kita hancur total. Dari rencana jam 5, tapi eksekusi jam 10. Alokasi waktu yang brutal.

Di dalam mobil, kita bingung, mau kemana dulu. Karena dari dalam pikiran saya, yang penting ke Jember. Dan setelah itu tidak tahu harus kemana. Beradu, beradu dan beradu, destinasi pertama kita pilih Alfamart. Karena memang kita butuh air soda untuk mengeluarkan udara dalam tubuh ini. Kita mabuk darat.

Belanjaan pertama sudah mulai menguras dompet... Abi. Maklum saya juga belum sarapan, jadinya beli beberapa potong roti untuk dikonsumsi bersama. Bukannya memperbaiki suasana, kepala jadi pening hebat. Dan saya putuskan untuk minum tolak bala, eh?, tolak angin. Ahh, memang lebih baik.

Beberapa kilometer dari alfamart, mobil tiba-tiba diberhentikan, parkir di depan sebuah bengkel mobil. Mungkin isi ulang oli (semacam isi pulsa), tapi tidak, ternyata Abi beli garpu sepeda. Mmm. Saya tidak pernah tahu organ-oragan sepeda apa saja yang mereka butuhkan secara pasti.

Setelah semua garpu dan sendok masuk dalam mobil. Kita melanjutkan perjalanan (semacam mendaki gunung).

Karena destinasi pertama sudah cukup sukses membawa duit kita keluar dompet, kita coba memancing duit yang lain dengan destinasi kedua. Kejadiannya sama, kita bingung mau kemana lagi (padahal nggak kemana-kemana) (Plis, Ayu Ting-Ting jangan nongol). Di atas jalan aspal yang padat lalu lintas, Ufa pun menuruti keinginan saya untuk langsung menuju Gramedia.

Dan diingat-ingat, terakhir saya menginjakkan kaki di Gramedia Jember adalah kelas 2 SMP. Wow! Sudah hampir menjegal 2 tahun. Saya kan anak rumahan (bertelor).

Suasananya tidak jauh berbeda, alat tulis-menulis berada di lantai satu dan buku-buku tersusun apik di lantai dua. Di deretan anak tangganya juga masih terpampang poster-poster yang saya lupa apa judulnya.

Dengan pede sepakdenya, saya langsung terbang ke lantai atas. Anggap saja saya sudah terlalu sering kesini.

Keliling-keliling dari rak agama, psikologi, komik, kamus, keterampilan, gadget sampai novel sastra saya jabanin. Tidak jauh dengan kegiatan emak-emak (shopping). Kaki pegel, kebelet kencing, bikin ribet. Lupa bawa jaket, hidung juga mulai meler. Orang rumah kampungan macam apa saya ini!

Yang ada di pikiran saya: cari buku yang sampulnya bagus dan banyak bergelimpangan warna, setelah itu tunjuk-tunjuk potongan cerita yang ada di sampul belakang (saya lupa disebut apa), tidak menarik berarti harus mengembalikan dengan raut wajah menimbang-nimbang, menarik berarti harus lihat harga; jika murah saya bawa, jika mahal saya taruh.

Dari semua rak, saya tertarik dengan rak novel dan sastra. Ada 3-4 buku di tangan yang tentu saja tidak akan saya beli semua. Dari buku-buku itu, saya seleksi dengan ketat dan jadilah 2 buku di tangan. Tangan kanan 1 dan tangan kiri 1 (membuat seolah-olah simetris).

Humming bird (historical romance, gak tahu apa) dan 99 Cahaya di Langit Eropa (karya: Hanum Rais, anak dari Amin Rais)

Ufa seakan tidak mau kalah, dia mencari-cari buku dengan prosedur yang tidak jauh berbeda dari apa yang ada dalam pikiran saya. 1 buku dia bawa ke meja kasir.

Dari 3 buku yang akan kami beli, saya minta 200 ribu ke Abi. Mungkin memintanya agak kurang ajar: "Bi, 200 ribu, kembali kok."

3 buku sudah ada dalam tas plastik. Saya turun dan tiba-tiba terngiang-ngiang suara Lina yang meminta dibelikan tas kado. Keluar dari Gramedia, saya pun mengeluarkan mangkok saya dan mengenakan baju gembel, "Pak, belum sarapan, Pak. Pizza, Bu. Nasi Goreng, Mas." Skip.

Karena keasikan berkeliling-keliling, saya melupakan apa itu kencing. Dengan sedikit tergopoh-gopoh menahan kandung kemih agar tetap utuh, saya cari penawarnya, toilet. Entah kenapa, rasanya terlalu berat bagi saya memohon untuk pergi ke toilet. Saya ganti permohonan itu dengan memohon pergi ke mushola.

Di mushola ukuran 10 x 10 meter dan berlantai dua itu, saya kucurkan beberapa liter air. Yang ada di dalam kandung kemih saya hanya perasaan bangga dan lega.

Dengan ini, saya siap menyusuri destinasi selanjutnya.

Tidak jauh dari mushola itu, berdirilah sebuah Department Store, Matahari Jember. Sedikit bernostalgia karena saya juga sudah lama tidak mengendus bebauan AC di dalamnya. Penampakannya juga tetap sama. Tidak jauh berbeda. Eskalator yang mati juga tetap ada.

Masuk dengan tanpa salam dan permisi, melewati stand-stand yang bergerai elok di samping kanan-kiri, mulai sepatu hingga 'organ pedalaman' diri.

Tanpa pikir panjang, saya langsung menuju lantai atas. Melihat pemandangan yang seakan lebih 'kaya'. Berdiri tegap bersama Ufa di atas sebuah eskalator.

Setibanya di atas, saya langsung disambut penampakan yang tidak biasa saya temui di toko obat (karena memang lantai dua adalah tempat pepakaian). Keliling-keliling lagi seakan membawa seember duit. Mengantarkan sang adik menemui jodohnya dalam bentuk pakaian siap pakai.

Tidak ingin kalah, saya juga ingin mencari-cari sesuatu yang sudah saya sesuatukan. Cari celana tiga per empat (mulai), saya lihat dan saya paskan dengan ketinggian kaki saya, sepertinya cocok. Saya lihat bar code yang diselingi harga satu potongnya, sepertinya tidak cocok dengan ekonomi saya.

Saya melemas dan mencari pojokan untuk melampiaskan kegelisahan dan kekecewaan hati ini.

Beralih ke Abi, nampaknya Abi tertarik untuk membeli seikat kemeja warna biru. Ya mungkin sangat cocok untuk selera Abi yang tahu sendiri lah.

Ufa dan Abi sudah dapat. Wafi pun iri. Akhirnya kita coba cari rak baju yang sekiranya sedang diskon. Benar saja, di atas sebuah rak jauh dari pandangan namun dekat dengan eskalator tertulis "Buy One, Get One."

Oh, ini kenikmatan dunia. Rencananya kita membeli satu ikat dengan harga yang paling rendah, sedangkan ingin memperoleh sejumput pakaian dengan harga paling tinggi. Dengan optimis, saya coba tanyakan kepada tante-tante penjaga stand ini. Dan dia bersabdah, "Ini nanti kalau mau bayar pake harga yang tinggi, bukan yang rendah." Jeglek, jantung patah.

Lupakan.

Karena kaki mulai terpisah dengan persendian, kita beralih untuk pulang. Di lantai satu ternyata ada food court, di sana berjajar buah-buah nun cantik dengan harga yang cukup 'perkasa'. Kita cium wewangian terindah yang bukan wangi parfum orang. Dan pilihan hidung tertuju pada segelontor durian montong seberat 3 kg. Ini baru surga dunia yang sebenarnya!

Kita timbang dan jadilah beberapa ratus ribu kita keluarkan. Dengan berberat-berat buah tangan, saya keluar dan menyetorkan raja buah ini untuk dibayar.

Tak jauh dari itu, Abi rupanya sedang asik menjadi SPM (Sales Promotion Man) di sebuah stand sepeda Polygon. Oh, baguslah mungkin nanti manager Polygon akan mentraktir kita sebakul durian medan.

Hujan pun turun dengan kompak di depan Matahari. Saya pikir saat hujan turun, itu artinya Matahari tidak ada. Tapi ini tidak. Sepertinya global warming telah sukses mengadakan Matahari dalam hujan.

Hujan datang, perut lapar. Kita mampir ke sebuah kedai bakso yang mantab parah. Dengan jajaran belanjaan yang berpose emosional di tangan masing-masing, kita masuk dengan compang-camping. Memesan 4 mangkok bakso, 4 mangkok lontong, 4 gelas es jeruk dan 2 sendok. Sendok itu kita pergunakan untuk menyerok es krim yang kita beli secara berpotongan harga.

Sekeluarnya dari itu, kita bertambah berat badan menjadi 2 kilo dari semula. Ini keren.

Kenyang seragam.

Sesampainya di rumah, kita buka lebar-lebar durian, kita masukkan ke dalam tupperware dan kita nikmati dengan irit hingga 3 hari.

Bersabarlah saat hiburan datang terlambat.

Pemerintah dan Sekelumitnya

Di akhir-akhir pemerintahan Pak Presiden tahun 2011, tiba-tiba dikabarkan bahwa kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah menurun. Dari angka 85% pada Juli tahun 2010, kini semakin kisut dan nyungsep hingga jauh meninggalkan angka 85%.
Pasti banyak faktor yang mempengaruhi penurunan tingkat kepercayaan atau keoptimisan masyarakat terhadap pemerintah saat itu.
Contohnya adalah kasus LPG meledak. Setelah saya baca di internet-internet, ternyata bukan LPG yang ingin meledak, tapi rakyat yang sengaja mengganti petasan dengan tabung LPG mereka.

Selasa, 10 Januari 2012

Liburan Exc3m

......
Entahlah, ternyata liburan kali ini cukup berwarna dengan agenda-agenda liburan yang sudah saya dan rekan-rekan buat.
Liburan di minggu pertama adalah liburan bersama teman satu kelas, Excthreem. Kelas ini adalah kelas terkompak yang pernah saya miliki di bangku SMA. Dan tentu saja diketuakelasi langsung oleh saya sendiri. Yak.
Buat libur bareng satu kelas, saya sudah memikirkan acara ini sejak awal semester dua. Ini membuktikan bahwa pandangan otak saya futuristik. Seperti biasa tanpa tangan panjang saya langsung merundingkan hal ini ke teman terdekat saya, Mana. Kebetulan tempat duduk dia paling dekat dengan tempat duduk saya.
Plak!

Mengerti


Cewek: Maleeem. Aku pengin cerita sesuatu nih.
Cowok: Malem juga. Cerita aja. Tapi aku lagi bikin proposal nih.
Cewek: Oh gitu, jadi kamu ngegantungin aku dan lebih memilih proposal?
Cowok: Iya deh, ayuk cerita.
Cewek: bla.bla.bla

Cowok: Malem, aku pengin cerita nih.
Cewek: Maaf aku lagi capek, pengin tidur.
Cowok: Oh ya udah *gantung diri*

Sabtu, 07 Januari 2012

Hilang Harapanku, Hilang Liburanku

Pantas kah Anda kecewa di saat teman Anda berlibur namun Anda hanya bisa berdiam diri di rumah? Pantas.
Pantas kah Anda berlibur di saat teman Anda sudah masuk sekolah? Tidak Pantas.
Pantas kah Anda berlibur dan memutuskan untuk mengajak Bapak Bupati Anda? Bingung. Tapi sepertinya akan banyak ditraktir.

2 minggu liburan memang bikin depresi berat. Padahal ini yang paling saya tunggu selama 1 semester, tapi apa daya memang tidak mampu dan lagi lesu keuangan.

4 hari sebelum liburan habis, Abi mempunyai rencana untuk pergi ke Jember di hari kedua sebelum liburan usai. Saya pun hanya bisa mengiyakan. Karena memang rencananya mau mampir ke Gramedia. Lihat-lihat buku dan sebagainya.

Kalau diingat-ingat, tahun lalu adalah terakhir kalinya saya mampir Gramedia. Membeli satu buku Om Bob Sadiro, dll. 

Kembali ke Jember.

Mendengar kabar bahwa kita pergi berlibur untuk pertama kalinya dan sangat-sangat terlambat di liburan semester ini dengan menunggang mobil, saya exicited banget. Sepertinya akan tereksekusi dengan sangat menarik.

Keesokan malamnya, saya tidak bisa tidur. Saya memikirkan buku apa saja yang akan saya beli, kira-kira ke sana mengenakan kostum apa dan berapa uang yang harus saya ambil di bank. Tapi sejujurnya saya tidak punya ATM dan uang di dompet saya hanya tinggal 5 ribu perak. Untuk membayar parkir mobil saja mungkin sudah habis atau bahkan harus berutang dulu. 
Malam itu saya tidur jam 01.30 WIB.

Dengan mata berat, 4 jam kemudian saya terbangun. Entah ada roh halus atau tidak, saya pun memutuskan  untuk mandi. Ini jelas sekali jarang saya lakukan. Yang ada di pikiran saya adalah selesai ini saya akan membuang jauh-jauh kepenatan saat tidak berlibur di musim liburan ke Jember.

Setelah mandi selesai, tiba-tiba telpon rumah berdering. Saya terima telpon, dan eyang saya memulai pembicaraan di pagi ini. Beliau ingin sekeluarga pergi ke Pasuruan dan meminta agar membatalkan liburan ke Jember.

Oh my goat! Gedung pencakar langit yang susah-susah saya bangun semalam, tiba-tiba roboh terkena guyuran telpon rumah di fajar harinya.

Jadilah liburan saya hancur. Ini bukan liburan, bagi saya ini hanya lah sebuah dimensi waktu yang disediakan oleh Dinas Pendidikan untuk saya menganggur dan tercampakkan.

Jumat, 06 Januari 2012

Liburan Gagal

Seperti terungkapkan di atas. Ini nyata dan benar-benar tragedi maha dahsyat yang sering saya dapati. Lagi-lagi apa yang saya harapkan jarang bisa terwujudkan.

Jauh-jauh hari sebelum liburan, saya pengin menghabiskan banyak waktu di Bogor. Rencananya simpel, saya berangkat naik kereta api ekonomi dari stasiun terdekat dengan tetap ganteng dan turun dengan selamat di Bogor.

Di sini jelas saya tidak sempat memikirkan nasib saya di sana seperti apa. Yang ada di pikiran saya, saya tidak perlu membawa uang terlalu banyak (karena memang tidak punya uang) dan hidup nyaman di rumah tante Ely.

Terserah mau dibawa kemana (bertolak belakang sekali dengan Armada), yang penting bebas dari kata nganggur dan rumah. Diajak nganterin ke pasar buat belanja, Oke. Diajak mampir ke IPB, Oke. Mau dibawa ke Bandung buat ke Trans Studio, juga sangat Oke.

Intinya keinginan besar saya ini didasari atas perginya Evita ke Bandung. Itu sumpah bikin ngiri. Pengin nikmatin TS bareng lah, ngapain aja yang penting bareng. Berusaha membujuk Umi dan tante Ely. Tapi gagal. Semua gagal. Gagal total.

Akhirnya saya urung berlibur, saya pikir-pikir lagi, kalau saya kesana sendirian, yang akan mencuci baju dan segala jeroan siapa? Saya belum sempat berpendidikan Keterampilan Mencuci.

Kekesalan pun bangkit, tapi mau bagaimana lagi, daripada malah nyusahin orang lain dan nyusahin diri sendiri.

2 minggu diberi jatah untuk berlibur. Saya hanya bisa mengisinya dengan tidur, tidur, tidur dan tidur. Sesekali waktu nyari 'kerjaan' di OSIS. Dan banyak waktu digunakan untuk mengayomi adik-adik. Maklum Umi keluar kota, Abi kerja. Jadi semacam berlatih untuk menjadi orang tua muda.

Yang jelas liburan di rumah suram. Browsing dikira cuma bisa browsing, tidur dikira cuma bisa tidur, main dikira cuma bisa main, jajan dikira cuma bisa ngabisin uang, ..... Panas.

4 hari terakhir liburan, rasa sesal semakin menjadi-jadi saat melihat blog Evita yang penuh berisi foto-foto dokumentasinya sewaktu berada di Cirebon, Bekasi, Jakarta, Bandung. Oh, andai saya berada di sana dan tidak menganggur menghabiskan waktu untuk tidur di rumah.

Liburlah sebelum diliburkan.

Kamis, 05 Januari 2012

PINEsession

Oham. Waktu begitu cepat berlalu. Nggak sadar waktu liburan sudah kurang beberapa jam lagi. Dan untungnya kemarin disempet-sempetin buat nggak nganggur dan berkreasi di daerah Candipuro. Mungkin sekitar 30 menit dari kota. 

Dari kota sendiri ada 6 anak yang berangkat. Saya, Azka, Adzalia, Yuni, Rara dan Dela. Walau agak susah buat ngoordinasi temen-temen yang berdomisili di dekat lokasi, akhirnya kita sampai di rumah nenek Rara. Sepohon rambutan raib seketika saat kita baru saja di rumahnya.

Beberapa menit kemudian Revan datang, disusul Hana yang bonceng Gayuh.

Setelah kenyang, langsung cabut ke Hutan Pinus. Saya kurang tahu ini milik siapa, yang nanem satu per satu siapa dan sejak kapan ini ada.

Rindang nan hijau bukan? Bukan.

Karena ini hutan pinus, maka akan sering dijumpai wadah-wadah semi-permanen yang digunakan untuk menampung getah pinus.

Dengan penuh keletihan dalam perjalanan, kita memasuki bagian yang dinamakan jalan.

Tempat peristirahatan.

Perkenalkan, dia Ajal.

Rencananya ini akan dijadikan sebuah film berdurasi 3 hari yang diberi judul, Sang Peniup, Dela.

Gayuh, memotret Hana dan Yuni.

Perkenalkan, dia Hana.

Perkenalkan, dia Yuni.

Perkenalkan, dia Rara. Rarambutan.

Dari kiri ke kanan tahu lah siapa.

Jika saat yang dinamakan ribet sedang terjadi.

Hana dengan aksen agak ke-80-an. Nggak tahu ding tahun berapa.

Tebak deh siapa mereka.


Jangan pernah berkata tidak untuk kreasi. Hemat pangkal kaya.

Rabu, 04 Januari 2012

Anak Layang-Layang

......
Di SMP, saya juga baru tahu apa itu friendster dan facebook. Dasarnya saya memang agak gaptek saat itu. Okelah saya terima. Awal-awal saya punya kedua akun tersebut, nama akun saya masih sama dengan nama asli saya, ‘Ammar Faiz.
Tapi setelah beberapa bulan berselang, saya pun mulai berkembang. Bertumbuh menuju tahap alay. Nama akun saya pun berubah-ubah. Dan saya sadari kalau saya ternyata pernah alay. Walau sekarang konsentrasi kealayannya menurun. Saya dewasa.

Predatorika

Jujur saja dari dulu saya ingin sekali membuatkan biografi kecil-kecilan tentang sesuatu yang sudah biasa dan layak untuk dipanggil culun punya, cupu. Dia satu-satunya orang yang paling sangat tersokterkenal sekali yang pernah saya kenal. Entah dimana juga saya kenal sesuatu yang hidup ini.
Yang jelas saya tidak pernah menyesal menemukan dia di sobekan kamus korea terbakar, di sela-sela kaos kaki lubang, di gantungan kunci bajaj dan di retakan-retakan knalpot sepeda motor kredit.
Lahir di rumah bersalin daerah Bandung. Biasa dipanggil Alisa, yang jelas sekali bukan kependekan dari Monalisa apalagi Subianto, Mulyani dan Sulistianto. Bergelar cupu dan tidak gaptek dari Universitas Luar Angkasa.

#TJL

Apa sih TJL? Tolong Jangan Lempar-saya. Bukan. Tante Jenglot Lamar-saya. Bukan. Tuh Jongos Lo. Bukan.

TJL adalah kependekan dari TIANG JANGKUNG LASUT. Rencananya sih kalau memang positif bisa, saya ingin bikin buku. Dan rencananya kalau judul buku lasut ini bisa diterima, ya akan diberi judul buku seperti di atas.

Kesalahan

Belajar dari kesalahan.
Jangan takut salah.
Berani salah itu baik.

Resolusi Naga Air

2012 dinobatkan menjadi tahunnya naga air. Secara garis miring saya kurang tahu mengenai filosofi pastinya. Tapi disini saya coba untuk menjadi orang yang lebih baik tanpa harus bekerja di air atau mancing ikan di dalam kolam renang.

Resolusi-resolusi ini saya bagi menjadi beberapa bagian, karena memang saya menekuni atau ikut serta dalam segala bidang kehidupan. Mulai urusan hati hingga dunia. Mulai permasalahan tingkah laku hingga pemikiran.

DIRI SENDIRI, mungkin terdengar sedikit egois karena mengutamakan kepentingan pribadi. Tapi bagaimana lagi yang cukup saya kenal adalah diri saya sendiri. Harapan saya: saya bisa membanggakan orang tua dan makhluk-makhluk di sekitar saya, bisa meraih kesuksesan materiil dan sebagainya, bisa banyak menjaga perilaku, menjaga mulut, telinga, mata, perasaan dan pikiran, menjadi orang yang mengerti keadaan, mengeri kebutuhan, mengerti saat orang butuh dimengerti, semoga segala bidang yang saya jalani tidak berantakan, sekolah tidak keteteran dan program kerja bisa jalan lancar.

ANDA, anda adalah hal terpenting dalam blog ini. Harapan saya: bisa mengerti akan selera tulisan saya, tidak menjelek-jelekkan blog lain, setia menanti update apa yang akan saya beri, dan tidak bosan dengan sang penulis, SAYA.

DIA, dia adalah orang yang saya mengerti. Harapan saya: bisa mengerti keadaan saya, menghargai semuanya, semoga nilai rapornya naik, tidak terganggu dengan adanya saya, semakin pede, mau ikut serta dalam segala kegiatan, lebih rajin, menjadi orang yang berguna dan selalu ada.

KUCING, makhluk luar angkasa yang saya pelihara dengan tidak mendapat upah. Harapan saya: tidak lagi eek di atas kasur, tidak eek sembarangan, volume eek yang sedikit dikurangi, baunya yang menyengat bisa sedikit diperwangi, bisa berkembang biak sesuai selera masing-masing, tidak merepotkan, tidak menjadikan saya sebagai pelayannya, jika ingin makan tinggal ngambil sendiri, dan yang paling penting jangan hilang.

KELUARGA, tempat dimana saya dibesarkan dan diberi uang saku dan uang pulsa dan uang tunjangan hidup dan segala bentuk kebutuhan yang jarang bisa dipenuhi di lembaga lain. Harapan saya: semakin akur, tidak ribut, tidak bikin telinga panas, membuat hati tenang, menjadi keluarga yang baik-baik saja, dan bisa mengerti semua keadaan.

KELAS, bagaimanapun untuk satu tahun ini waktu saya sedikit terbuang bersama teman-teman saya satu kelas. Harapan saya: semakin kompak, tidak menyudutkan orang, menghargai segala ketentuan, mengerti betapa pentingnya seorang yang tidak penting ini, menghormati orang-orang yang lebih tua (memang tua), tidak menjelek-jelekkan individu ataupun lembaga yang terkait dan mencintai wali kelas kita sepenuh hati.

OSIS, walau waktu banyak terbuang di kelas tapi di OSIS juga tidak kalah membuang waktu. Tapi saya lebih menikmati hidup di dalam sini walau banyak problema. Harapan saya: semakin kompak, memaafkan segala kesalahan saya, mencintai ketua OSIS, menghormati segala keputusan Wakasek tanpa perlu menghina atau mencerca beliau, menatap program kerja dengan penuh optimisme, bersemangat dalam menyambut segala tugas yang diberikan, tidak mengeluh dengan apa saja, mencoba mengerti keadaan, mensukseskan acara HUT sekolah, dan bekerja tanpa meninggalkan sekolah.

SEKOLAH, tempat saya dididik dengan akur dan tentram. Harapan saya: semoga ulangan harian sedikit dipermudah tapi tetap di atas setandart, murah nilai, murah senyum, kebijakan-kebijakan yang ditetapkan sesuai dengan warganya, tidak sepihak, menjadi mudah untuk menyutujui, mendukung dan membimbing segala program kerja yang telah OSIS buat.

LUMAJANG, harapan saya: tidak menjadi kota mati, kota sepi, semoga ada gramedia, semoga ada penunjang hidup yang sesuai standar nasional, adem, seger, tentrem, dan mendukung warga-warganya dalam berkreasi, berinovasi dan memberi aksi.

INDONESIA, harapan saya: tidak lagi menjadi negara yang tidak aman, menjadi negara terpandang, bisa melihat daerah-daerah tertinggal seperti kota saya, membunuh semua koruptor, tidak tebang pilih dalam urusan peradilan, mempercayai rakyat, menghormati Presiden, tidak saling menjatuhkan, dan tingkat kesejahteraan rakyatnya bisa naik 50%.

DUNIA, harapan saya: semoga tidak diambil alih oleh negara barat, tidak ditindas oleh Yahudi, Palestina bisa meraih tanahnya kembali secara utuh dan penuh, saling menghargai antar bangsa dan negara, dan sering-sering mampir ke INDONESIA. Dan yang penting, untuk ramalan suku Maya, semoga tidak terjadi.

Amiiin.


#gBYE2011

Iuh. Tidak terasa sudah masuk 2012. Padahal seingat saya baru kemarin tahun baru 2011 dan baru kemarin lulus SMP. Memang berlalu begitu cepat. Tanpa kita sadari kita mulai menua. Yang muda menjadi dewasa dan yang dewasa menuju lebih tua.

Tapi di sinilah saya merasa dibantu untuk menjadi dewasa. 2011 adalah tahun terabsurd yang pernah saya lalui. Banyak kejadian-kejadian yang tidak pernah saya bayangkan terjadi di tahun sebelumnya. Mulai dari yang menyedihkan hingga yang paling membanggakan.

Entahlah, sepertinya memang benar, kenangan buruk sulit untuk dilupakan dan kenangan indah sulit untuk diingat-ingat kembali.

2011 menjadi titik hancurnya relasi, hancurnya kelas, hancurnya ekskul dan hancurnya 'keluarga', karena memang saya yang tidak pernah bisa fokus atau memang tidak bisa menjalani segala aktivitas itu secara bersamaan. Satu saya tekuni dan yang lain buyar.

Menjadi waktu yang tak terselamatkan.

Tapi di sini juga ada rasa bangga tersendiri. Bisa masuk IPA. Bisa masuk OSIS lagi dengan posisi yang berbeda. Bisa ikut event apa aja. Ya saya sangat menikmatinya, walau kadang sekolah jadi keteteran dan saya sering pulang maghrib.

Dalam semester 3 ini saja saya pulang sekolah dengan jam yang telah ditentukan jika ditotal mungkin tidak sampai 3 minggu dari sekian banyak hari dalam 1 semester.

Melihat orang bersiap dengan mengenakan baju kokoh pergi ke masjid. Saya malah baru pulang sekolah dengan seragam sekolah dan muka yang tidak kalah lecek.

Belum lagi esok harinya harus menikmati ulangan harian yang bisa dikatakan tidak selalu mudah.

Dan sekarang masuk Januari di tahun yang berbeda. Bismillah,