Panik. Panik seribu panik. Panik sejuta panik. Panik setriliun panik. Dan panik sejumlah uang yang dibawa Nazarudin. Ini bener-bener gila. Gila bener-bener ini. Dan ini gila beneran.
Besok (22/2) adalah seleksi tahap awal penerimaan peserta Paskibra Kabupaten. Dalam tahap ini, petugas-petugas yang akan menseleksi adalah peseta pasukan pengibar bendera di tahun sebelumnya. Ini memang dadakan. Bukan dadakan juga karena saya terlambat untuk menyiapkannya secara matang dan bersusah payah sebelum-sebelumnya.
Ya, saya tertarik untuk mengikuti acara pembangkit jiwa nasionalisme ini. Bukan berarti sebelumnya saya tidak cinta Indonesia. Hanya saja akan jadi suatu poin + (plus) saat saya bisa masuk menjadi salah satu peserta berbadan 'tinggi' dalam pasukan pengibar bendera. Dibuatnya melting seketika.
Hal ini dilatarbelakangi oleh kejadian di tahun-tahun sebelumnya dimana sekolah saya selalu menempatkan kelas saya untuk dijadikan peserta upacara di Alun-Alun Kabupaten. Bulu kudu dan ketiak seketika merinding saat melihat proses demi proses, barisan demi barisan, formasi demi formasi pelaksanaan pengibaran bendera.
Dengan bangga saya melihat mereka, teman-teman saya. Mereka berkedudukan sempurna dideretan pasukan itu. Dengan berbungkus baju putih khas pasukan pengibar mereka menunaikan tugas mulia ini. Dan Proklamasi 17 Agusutus adalah puncak dari kesuksesan-kesuksesan mereka di hampir 1 semester sebelumnya berlatih.
Yang membuat saya panik adalah berat badan saya. Beberapa hari yang lalu saat pembacaan ikrar Duta Anti-Narkoba, saya tiba-tiba panik ketika harus dihadapkiri-kanankan oleh sang pemberi aba-aba. Saya sudah terlanjur lupa dengan perintah-perintah baris berbaris sewaktu masih di SMP. Bagaimana dengan nanti saat seleksi Paskibra? Panik (lagi).
Di saat pembacaan itu, saya melihat langsung melalui video, bahwasannya saya terlihat sangat flat, abnormal, terlalu tinggi, dan tidak ada yang bengkak (baca: lemak) di sana-sini. Oh, itu kah saya?
Pertanyaan seketika muncul dari teman saya yang bengkak, "Gimana sih cara ngurusin?". Pertanyaan terebut jelas akan bingung saya jawab. Atau jawabannya akan sama membingungkannya saat saya menanyakan, "Gimana sih cara ngebengkakin?". Jelas harus berputar otak 2x atau lebih dari 360 derajat untuk menjawab pertanyaan menyesatkan ini.
Secara de yure saya sangat ingin berpartisipasi dalam kegiatan rutin setiap tahun ini. Namun secara de facto, setiap tahun berat badan saya tetap atau malah berkurang dengan cekup deras(tis).
Dengan menggunakan rumus:
Berat Badan Ideal = Tinggi Badan - 110.
Maka bisa dikorelasikan dengan saya menjadi:
Berat Badan Ideal = 185 - 110 = 75.
Sedangkan berat badan saya saat ini 55 kg. 55 kg = Jauh dari Ideal. Dan itu berarti saya harus melakukan pencarian untuk sisanya, 20 kg.
Jika orang tidak berpikir, mungkin dia akan memakan temannya yang paling gemuk di kelasnya. Dengan berpikiran bahwa lemak-lemak yang ada di raga temannya akan berpindah secara difusi ke dalam susunan lemak terbatas yang dimilikinya.
Langkah yang sudah saya tempuh selama saya hidup untuk mendapatkan berat badan ideal:
1. Makan yang banyak setiap hari.
2. Berjalan lebih dari 10000 langkah setiap hari (Petugas Poskamling Sekolah Termuda).
3. Memakan makanan ringan (tidak harus kerupuk, emping, keripik dan sebangsanya) setiap ada rejeki lebih.
4. Tidak suka berolahraga.
5. Minum susu semaunya (terserah kapan).
6. Tidur selalu paling sering.
7. Makan jajan kantin paling banyak (termasuk jajan punya temen).
8. Minum kurang lebih 2L per hari.
9. Berdo'a agat dilimpahkan lemak secara ideal.
10. Bertukar pikiran dengan sesama kurus.
11. Berteman dengan orang 'berisi', dengan keyakinan berteman dengan sales parfum akan terciprat aromanya, maka jika berteman dengan orang berdaging akan terciprat dagingnya (bunuh diri).
Akhir kata, semoga saya bisa disegerakan mempunyai tubuh proporsional dan berat badan ideal. Dan semoga saya bisa masuk dalam pasukan pengibar bendera. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar