Hai semua! Hai para pembaca yang lebih setia dari pada tukang jualan tahu depan kontrakan. Bagaimana kabar kalian di sana? Baik? Alhamdulillah. Saya juga baik, cuma agak pusing, cuma tenggorokan lagi radang, cuma hidung lagi kesumbet dengan cairan (yaiks!), dan cuma berat badan turun lagi 2 kg. Tapi semua dikemas rapi dengan ucapan syukur, alhamdulillah.
Rasanya udah lama nggak posting blog, udah nggak tau berapa banyak laba-laba yang udah punya cicit, pasti sarang mereka juga meledak luar biasa, hmm I'll count it soon.
Alasan kenapa udah jarang posting adalah (emang sering ya? nggak juga kan? yaudah!) lagi sibuk. Ternyata ngurus studi lebih ribet dari pada ngelurusin rambut orang botak. Kedua, minim gadget pemirsa! Ketersediaan laptop dan internet sangat minim. Ini aja nebeng ke kakak sepupu. Hahaha.
Mau tau cerita saya?
TIDAK -> PINDAH KE TAP LAIN AJA NOOOH!!
IYA -> SILAHKAN MEMBACA~ *emot chibi lagi nungging*
Jadi tuh. Udah.
Ulangi, jadi tuh kan di posting yang lain saya udah cerita keinginan saya buat kuliah di kampus dengan jaket almamater warna kuning. Nah! That's the point! Maksud saya, selama ini bukannya saya sedang setres atau depresi atau makan es krim, tapi lagi cari kuliahan yang lain, yang bisa nerima saya apa adanya. Seperti dia, lah kok. Skip.
Review lagi deh, siapa tau pada banyak yang belum tau. Pengin tau nggak sih? Udah, anggep aja pengin. Sekali-kali nyenengin yang punya blog dong. Oke? Makasih. Sama-sama.
Dari SMA semester ganjil akhir, saya udah tertarik setengah pingsan sama universitas indonesia. (Cerita yang lainnya tentang problema ini bisa dilihat di sana.) Bukannya mau bikin kalian semua kecewa, tapi mau gimana lagi. Dikira saya nggak kecewa? Ya nggak banget sih. Karena emang ini kan dari nilai rapor, nilai yang udah nggak bisa diperjuangin lagi. Kalo adanya itu, ya itu. Ditambah lagi saya juga nggak terlalu menonjol di bidang akademik, kecuali tinggi badan. Jadilah saya ditolak seperempat matang oleh UI. Alhamdulillaaaaaaah. *nangis*
Kesedihan nggak boleh berlarut-larut dong, maka dari itu langkah pertama adalah BELI ES KELAPA MUDA. Dasar! Bikin bete lu! SKIP
Berhubung di sekolah ada persiapan buat wisuda dan malam perpisahan, jadinya saya fokus dulu di kepengurusan ini. Apalagi saya juga menjabat sebagai wakil ketua panitia II. Yaaaak elaaaah. Ya sudahlah, anggap saja ini adalah hiburan termurah buat merapikan serpihan hati ini. Tapi ya gitu, temen-temen yang udah pada di terima di univ masing-masing pada cerita-cerita tentang daftar ulang. Rasanya tuh pengin saya tampar pake tisu.
Setelah acara itu berakhir, barulah saya menata kembali rencana hidup saya mendatang. Datanglah seorang bidadari turun dari bukit, menawarkan untuk menggantikan posisinya di satu lembaga bimbingan belajar terkenal. Saya yang memang dari awal nggak ikut bimbel, tentu kesempatan ini nggak boleh ditolak mateng-mateng. Saya terima bimbelnya, dengan syukur.
Panjang cerita, akhirnya saya daftar juga tes tulis serentak senasional. Jurusan yang saya ambil adalah arsitektur lansekap IPB dan 2 jurusan lainnya yang mm.. saya sengaja lupakan.
Hari pengumuman tiba, saya tidak diterima dengan rentetan kalimat mohon maaf yang hampir sama saat pengumuman jalur undangan. Ya, saya maafkan saja. Mau gimana lagi? Nggak mungkin nangis teriak-teriak di rumah temen, karena waktu itu ngeliatnya bareng Agung (Pend. Kimia - UM) sama Fahmi (Interior - ITS) di rumah Fahmi. Malu dong? Nggak.
Tes STIS juga cuma nyampe di tahap I, psikotesnya gagal. Ya sudahlah.
Daftar SM Unpad, ambil D3 bisnis internasional sama hubungan masyarakat, juga nggak diterima. Ya allah. Alhamdulillaaaah. :9
Mau daftar mandiri UB (Malang), UGM, UI, pada mahal semua dan kesempatan yang disuguhkan kepada saya juga rasanya tidak terlalu besar. Saya lewati saja dengan bismillah. Daripada dipaksain, tekor di biaya pendaftaran sama ongkos berangkat-pulangnya. Kasian.
Dibukalah lagi pendaftaran S1 dan D3 IPB. Yah lumayan lah, dari pada harus nunggu tahun depan. Lihat S1, kayaknya peluangnya dikit banget, per prodi nggak sampe 15. Padahal yang daftar ribuan. Ini namanya buang-buang waktu.
Bismillah daftar yang D3, rupanya kesempatan masih ada. Nggak apa-apalah D3, yang penting IPB dan di luar Jatim. Tes tulisnya sendiri dilaksanakan di Madiun. Sengaja, karena menurut kakak kelas yang udah diterima di D3 IPB juga, yang hingga saat ini belum pernah ditemukan dimana keberadaannya, kalau tes tulisnya di Madiun, kesempatan buat diterima jauh lebih besar. KATANYAA. Saya pilih komunikasi, gizi dan lingkungan.
Ya alhamdulillah saya diterima di KOMUNIKASI D3 IPB. Langsung packing.
Sebelum berangkat ke Bogor untuk keperluan daftar ulang. Saya harus berangkat ke Malang terlebih dahulu untuk ikut tes kebugaran dan wawancara STAN. Dengan bantuan do'a ayah dan ibu, serta segenap rakyat Indonesia, saya lolos tahap verifikasi data dan tes tulis (TPA dan semi-TOEFL).
Tes Tulis, ngisi cuma 1/3 dari total jumlah soal. Karena skor aman adalah lebih dari 1/3 skor total. Sedikit bikin minder karena yang lainnya pada banyakan.
Tes Kebugaran, lari keliling lapangan 6-8 kali. Dan tiap setengah lapangan, saya cuma bisa jalan cepat. Bukan disuruh, sayanya yang nggak kuat. Karena apa? Setelah kejadian yang bodoh, lari di aspal-siang-siang-nggak-pake-alas-kaki, kaki saya mengapal (bahasa apa ya?) dan baru sembuh 3 hari sebelum tes. Jelas saja saya jarang latihan lari.
Tes Wawancara, lebih kepada pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut tentang pertemanan di sekolah dan keaktifan berorganisasi. Saya jawab dengan sungguh-sungguh namun tetap apa adanya, tidak dikurangi tidak juga ditambahi, mungkin dikalikan atau diintegralkan.
Sampailah di Bogor, daftar ulang -> sukses. Jam 8 pagi sampe jam 1 siang di kampus Cilibende.
Minggu selanjutnya ospek. Hari kamis sampe minggu. Dan acaranya asyik banget. Jauh dari kata PER PE LON CO AN. Lebih kepada menghargai bagaimana mahasiswa dibina. Banyak acara talkshow, seminar, persembahan paduan suara, promosi UKM, dan sebagainya. Pokonya jauh dari kata TER SIK SA DI A WAL KU LI AH.
Seninnya langsung masuk dan bla bla bla. Banyak libur sih, karena juga bareng sama hari jadi IPB yang ke-50. Itu mengapa kami disebut dengan "GOLD GENERATION", bukan "GIRL GENERATION", dan bukan pula sebutan nama boy/girl band yang ada. Karena belum ngekos, dan nggak pengin ngekos. Maka saya tinggal sementara di rumah Pakde, lebih deket ke kampus DRAMAGA daripada CILIBENDE, GUNUNG GEDE atau BARANANGSIANG (jangan tanya apa arti dari masing-masing daerah tersebut di atas agak ke kanan).
Berangkat dari rumah jam setengah 6 pagi, pulang kuliah juga pernah jam setengah 6 SORE. Semacam mmm., gitulah. Capek tenaga.
Hari ke-4 kuliah, bebarengan dengan hari pengumuman kelulusan ujian masuk STAN. Berhubung hape saya tidak terlalu smart untuk membaca hasil pengumuman, jadinya saya pinjam iPad kakak.
Jeng
Jeng
jeng
jeng
jeng
jeng
treeeet.
SAYA DINYATAKAN LULUS STAN DIPLOMA I SPESIALISASI PAJAK!!!
Seketika langsung galau. dan memantapkan diri masuk STAN. Bismillah..
Acara terjun payung DIES NATALIS IPB KE-50 di GYMNASIUM kampus DRAMAGA dihadiri 6000an Maba dan Miba, dari D3-S3.
Mengabadikan jaket almamater yang kece dengan kancing yang juga kece, di sela-sela upacara DIES NATALIS IPB KE-50.
Setelah upacara, 3 orang (Anta, Bita, saya) dengan (ada) latar belakang Probolinggo(nya) berfoto bersama di depan Gedung Widya Wisuda, Kampus DRAMGA.
Enam hari kemudian langsung pindah ke Bintaro Sektor V, kampus Ali Wardhana, Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN).
Berfoto di depan deretan huruf 'S', 'T', 'A', 'N', minggu sore. Bukan plin plan sih, tapi pilihan.
Berfoto bersama MIANGAS 29 setelah OSPEK STAN 6 hari berlansung. Cerita yang satu ini insyallah di postingan yang berbeda.
~~~
to be continued.. insyallah..
catatan: ditulis menggunakan MacBook Air kepunyaan kakak kesayangan Rizkia Alifa Fitriani, di kursi ruang tamu kediaman Bapak Dwi Rahmad Muhtaman, Dramaga. Dengan diiringi takbir Idul Adha, sendirian, tengah malam, kangen rumah, kangen yang lagi baca posting ini. SELAMAT MENIKMATI! SEMOGA KALIAN LEGA! Mijon.. mijon.. mijon..
Sebelah kanan daerah-daerah itu apa ya ?
BalasHapuskeren kak dari SMK/SMA mana nih?
BalasHapus